Drama Zanna

Redfile
Chapter #2

02

Raut wajah Zanna memerah. Napasnya sudah naik turun tidak beraturan. Bibirnya pun sudah merah tidak terbentuk. Keringat membanjiri keningnya. Tangan Zanna bergerak-gerak untuk mengipasi dirinya sendiri. Bi Sari, seorang asisten rumah tangga di rumah Anas menatap Zanna dengan pandangan menyesal. Ia segera mengambilkan air untuk Zanna minum.

Zanna kembali meneguk gelas ketiga, pedasnya masih terasa. Matanya berair karena terlalu pedas. Zanna dari dulu memang tidak tahan pedas. Ia sangat lemah jika harus berurusan dengan yang namanya cabai sekalipun itu hanya level anak kecil. Entah berapa cabai yang Bi Sari gunakan hingga rasanya tidak mereda meskipun Zanna meneguk air berulang kali.

Anas pulang dari kantor. Ia terkejut melihat Zanna seperti ini. “Ada apa ini?”

Bi Sari sedikit takut, “Ini Tuan, Nyonya makan sayur yang saya buat. Saya nggak tahu kalau Nyonya nggak bisa makan pedas. Sudah dihentikan tapi Nyonya masih tetap makan.”

Anas ingin tertawa karena tingkah Zanna yang menurutnya sangat imut itu namun diurungkannya karena prihatin dengan keadaan bibir Zanna yang sudah sangat merah. Ingin sekali Anas menciumnya.

“Aduh, Nyonya, sudah ya, nggak usah dimakan lagi kalau nggak tahan.” Bi Sari khawatir. Terlebih karena Anas sudah di rumah, ia khawatir akan dipecat karena membuat istri sang tuan rumah kepedasan.

Zanna menggeleng keras kepala, “Nggak Bi, nggak baik buang-buang makanan.” Bibirnya berkata seperti itu namun tangan Zanna kembali mengambil minum untuk yang ke-enam kalinya.

Bi Sari tampak serba salah, “Sudah saja, Nyonya. Nanti bibi yang makan.”

Zanna membolakkan matanya, ia sedikit kesal. “Lah, jangan gitu, Bi. Ini bekas saya masa Bibi yang makan. Bibi makan yang baru saja kalau lapar.” Zanna tidak segan mengusap ingus yang keluar dari hidungnya di depan Anas.

Tidak tahan lagi, Anas duduk disamping Zanna dan mengambil piring miliknya. “Biar aku saja yang menghabiskan.” Ia lalu melahapnya tanpa sedikit pun merasa kepedasan. Zanna terkejut, ia berniat mengambil kembali piring yang Anas ambil namun pria itu memandangnya dengan marah.

Nyali Zanna ciut namun ia tetap berkata, “Kak, itu bekas aku. Ambil yang baru saja kalau lapar.”

“Nggak apa-apa. Aku juga nggak terlalu lapar. Lagi pula...” Anas mengunyah makanannya sambil menatap wajah Zanna yang tampak menyedihkan. Bibir gadis itu sudah sangat merah. Matanya pun basah dan lagi... Anas menelan makanannya dengan susah diantara rasa ingin ketawa karena melihat Zanna yang berulang kali mengusap ingus yang selalu muncul meskipun sudah berulang kali diusap. “Kamu nggak kasihan sama Bi Sari karena buat beliau khawatir?”

Zanna melihat Bi Sari yang seperti ingin menangis. Ia akhirnya menyerah untuk mengambil kembali piring yang penuh dengan kepedasan itu. Bi Sari mengambilkan tisu dan juga toples gula dan memberikannya ke Zanna setelah diperintah Anas. Zanna memakan sesendok penuh gula dan mengusap ingus dan air matanya dengan tisu. Pedas dilidah berangsur menghilang meskipun bibir Zanna masih sangat merah. Anas juga sudah menghabiskan makanannya. Pria itu sama sekali tidak menunjukkan tanda kepedasan setelah mencicipi makanan dipiring yang sama yang membuat Zanna tersiksa.

“Maaf Nyonya, lain kali Bibi nggak akan masak pedas lagi. Biasanya Tuan suka makan pedas karena itu Bibi jadi kebiasaan.”

Zanna tersenyum, “Nggak apa-apa, Bi. Bukan salah Bibi juga. Saya juga minta maaf karena sudah membuat Bibi khawatir.”

Bi Sari pamit ke belakang. Meninggalkan Zanna dan Anas berduaan. “Sudah merasa baikan?” Zanna menggelengkan kepalanya dan dengan cepat memakan sesendok gula lagi.

Zanna masih merasa kepedasan meskipun pedasnya sedikit mereda. Seperti diberi harapan palsu. Pedasnya menghilang sebentar lalu muncul kembali setelah beberapa saat. Zanna hanya berusaha menahan ekspresinya untuk tidak terlihat sedang kepedasan. Kasihan Bi Sari yang khawatir terhadapnya.

Anas meneguk air minumnya perlahan, menutupi tawa disela kesengsaraan Zanna. Ah, kenapa istrinya begitu imut saat ini. “Mau menonton?” Ajak Anas untuk mengalihkan perhatian gadis itu dari pedasnya.

Lihat selengkapnya