Fani bersiap-siap dan sebelum melemparkan bolanya fani mendengar dimas bertanya "Masuk gak tu fan bolanya," dan saat bola itu di lempar oleh fani, sontak membuat anak cowok menjadi grup padus dadakan yang dipimpin dimas "Eeeee eeeee aaaaaaaaa," ujar anak cowok mengiringi bola yang dilemparkan fani dan ternyata bola tersebut jangan kan masuk menyentuh ring pun tidak.
"Sampe ring aja nggak tu bola," tawa dimas dan anak cowok lainnya.
"Berisik lo anjir," ujar fani marah. Melihat fani marah bukannya membuat dimas berhenti tapi malah menjadi jadi.
"Mangkanya waktu kecil tu minum susu fan biar tinggi nya keatas bukan ke bawah hahahahahaha," dan lagi lagi anak kelas yang mendengar kata kata dimas pun tertawa dan membuat fani tambah murka atas perkataan dimas barusan.
Fani meliat ke sekeliling lapangan ternyata bukan hanya kelas mereka yang berolahraga kelas lain yang sedang berolahraga ternyata melihat perdebatan antara dimas dan fani, "Mulut lo kek sampah dim. Dari dulu gue diemin malah makin ngelunjak lo anjing," umpat fani marah sambil melemparkan bola dan tepat mengenai kepala dimas. Dan hal itu sontak membuat semua orang yang tadi tertawa menjadi diam.
"Sudah sudah rifani kamu istirahat duluan saja,, biar dimas bapak yang marahin," pak budi tau sifat kedua muridnya ini jika dia langsung menyuruh dimas untuk minta maaf sekarang, yang ada dimas akan mengganggu fani lagi nantinya.
"Pak saya temenin fani di kelas ya," ujar olga kepada pak budi.
"Tolong tenangin temenmu yang satu itu ga," ucap pak budi kepada olga karena olga adalah ketua kelas yang bijak menurut pak budi. "Oke pak," balas olga
"Biar gue aja yang nenangin gue tau harus apa," ucap olga dan hanya di balas anggukan oleh anak ceker.
"Dimas kamu itu mulutnya kayak cewek aja, bapak perhatiin tiap pelajaran bapak kamu selalu gangguin temen kamu yang lain, gak ada kerjaan lain apa kamu. Habis ini minta maaf sana sama rifani." ujar pak budi kepada dimas.
"Kok saya pak yang minta maaf, kan fani yang lempar saya pakek bola. Yang lain aja gak marah dasar faninya aja baperan," ujar dimas tak mau kalah.
"Ehhh kampret, ya wajar dong fani lempar lo pakek bola, mulut lo tu kagak bisa di saring. Lo ngaca dong dim ngatain orang mulu kerjaan lo udah merasa sempurna lo?" balas shella kesal membuat dimas terdiam.
****
Olga melihat fani lagi duduk di pojok kelas seraya memandangi langit lewat jendela kelas. "Fan..." ujar olga dan fani segera menghapus air matanya. "Udah jangan terlalu di masukin hati,, mending masukin ke dalam lambung ntar jadinya kenyang kek gue ni hahaha," ujar olga berusaha menghibur fani.
Fani tersenyum karena melihat olga berusaha menghiburnya "Gue sering mikir ga apa salahnya sih gue pendek? Gue gak ngerugiinn dia, gue gak ganggu dia, gak mintak makan sama dia juga, kenapa dimas hobi banget ngatain gue ga. Kalo boleh milih, gue juga mau tinggi kok. Kayak yang orang-orang bilang ke gue, gue udah berusaha di rumah ga, gue olahraga kok bahkan gue juga minum susu. Tapi ya tuhan cuma kasih gue segini gue bisa apa. Yang penting kan gue udah berusaha tapi masih aja di katain," ujar fani sedih.
"Lo mau tau fan alesan kenapa lo sering banget di ejek si dimas, sedangkan gue cuma bentar. Itu karena gue gak terlalu nanggepin si dimas lagi karena dari smp gue udah di giniin, dulu smp gue juga marah kayak lo sekarang, tapi makin gue marah mereka makin jadi ledekin gue. Maka dari itu gue ubah cara gue nyikapin orang kayak dimas dan ya berhasil walaupun dia masih ngatain tapi gak sesering dulu," ujar olga lalu fani melihat nya.