Dream Changes Me

Auli Inara
Chapter #5

4. Eliza Chana

"Hiks... Eliza..." ucapnya sambil terisak.

"Nama lengkapnya?"

"Eliza Chana."

Aku merogoh cepat ponselku, mengetik sesuatu, lantas tersenyum. Dia melepaskan pelukannya.

"Kenapa kakak senyum?" Tanyanya tak mengerti.

"Eliza tahu gak apa arti namanya Eliza dalam bahasa arab?"

"Apa memangnya?" Dia menatapku sedikit antusias.

"Dalam bahasa arab Eliza itu artinya 'unik dan berharga' dan Chana artinya adalah 'kesayangan'."

Eliza terpaku mendengarkanku.

Yah... dengan kreatifnya aku memakai namanya sebagai modal untuk menenangkan gadis ini. Meski awalnya ragu akan berhasil atau tidak, karena sepertinya gadis bernama Eliza ini begitu tertekan dengan hidupnya.

"Yang memberi nama Eliza pastinya Mama sama Papa Eliza kan?" Tanyaku.

Dia mengengguk pelan.

"Bagi orang tua, Eliza itu adalah anak yang unik dan berharga. Dan Eliza adalah kesayangannya mereka. Jadi Kakak yakin, Mama dan Papa Eliza itu sayang banget sama Eliza."

Air mata menetes lagi dari matanya, bahkan lebih deras dari sebelumnya. Dia terisak kembali, dan aku dengan hati yang lapang kembali memeluknya. Sepertinya, memikirkan orang tua yang menyayanginya jauh lebih menyakitkan bagi Eliza. Kerena itu bertentangan dengan apa yang selama ini ia rasa dan pikirkan.

Eliza memelukku erat. Dapatku rasakan betapa terharu dan senangnya ia karena mengetahui hal ini.

"Dan Eliza sekarang sudah gak sendiri lagi, karena Kakak akan jadi temannya Eliza. Kapanpun Eliza butuh Kakak, Kakak janji akan ada. Oke Eliza?"

Aku bahkan mengucapkan janji yang entah bisa atau tidak untuk aku tepati.

Eliza melepaskan pelukannya, "kenapa Kakak mau jadi teman Eliza?" Tanyanya sambil terisak.

"Karena Eliza gak cacat, Eliza itu unik. Dan bagi Kakak Eliza itu berharga, karena Kakak bahagia bisa di kelilingi oleh seseorang yang menjadi kesayangan semua orang. Coba Eliza lihat lagi ke kehidupan Eliza, karena mungkin Eliza gak sadar. Bahwa ada banyak orang di samping Eliza yang sebenarnya tulus sayang sama Eliza. Meski mereka gak pernah bila sayang sama Eliza!" Ucapku penuh perasaan.

"Eliza gak kenal siapa Kakak. Tapi meski baru pertama bertemu, Eliza sudah merasa sayang sekali sama Kakak. Karena rasanya baru kali ini ada seseorang yang bisa memahami Eliza. Makasih Kak!" Ujar Eliza dengan wajah yang masih sendu.

Aku tersenyum padanya.

Eliza pun membalas senyumku.

Cklek

Pintu toko kue dibuka. Ibu keluar dengan wajah lelahnya yang tak dapat disembunyikan. Dan menatap kami bingung karena sedang senyum-senyum saja.

"Nila, kamu lagi ngapain?" Tanya Ibu tak mengerti.

"Eh, gak lagi ngapa-ngapain kok Bu," jawabku.

"Ini siapa?"

"Oh kenalin Bu ini Eliza, tadi aku nolongin dia karena hampir tertabrak mobil," ceritaku pada Ibu.

"Eliza ini Ibunya Kakak," ujarku pada Eliza.

Eliza menyalami tangan Ibu, "saya Eliza Tante!" Sapa Eliza.

"Iya. Tapi gimana ceritanya hampir tertabrak mobil?" Tanya Ibu.

"Nanti di rumah Nila jelasin ya Bu. Lebih baik kita pulang sekarang, ini sudah larut malam." Ujarku.

"Terus Eliza bagaimana? Kamu sama siapa di sini?" Tanya Ibu.

Eliza hanya menggeleng.

"Eliza rumah kamu dimana?" Tanyaku.

Lihat selengkapnya