Dream Changes Me

Auli Inara
Chapter #10

9. Pasti Bisa

 Sudah tiga hari aku izin sekolah. Pagi ini Tika sampai menjemputku terlebih dahulu meski kami tidak searah. Tika melajukan mobilnya dari rumahku menuju sekolah, setiba melewati gerbang sekolah dan menuju tempat parkir.

"Tika Tika Tika, di depan itu apaan? Awas nabrak!" Teriakku di dalam mobil.

"HAAH APA?" Balas teriak Tika.

Ckittt... Tika berhenti mendadak.

Brakk

"Nila... kita tadi nabrak apaan?" Tanya Tika sambil gagap.

"Kambing kali, kambing!!" Ujarku asal sambil ikut gagap.

"Mana ada kambing di sekolah kita Nila!"

"Ya mana gue tahu!!" Teriakku.

"Ayok keluar!" Ajak Tika.

Kami pun keluar dari mobil. Dan memperhatikan apa yang telah kami tabrak tadi. Parkiran masih sepi hanya ada beberapa siswa di sini, karena ini masih pagi sekali. Dan sepertinya tidak ada yang menyadari kejadian tadi. Semoga itu kambing... semoga...

"Aduhh...." Seseorang mengaduh.

Mentalku langsung menciut mendengarnya, itu manusia.

"Aduh, pinggang gue mau lepas!" Ujarnya sambil tetap bertiharap di jalan.

"CEASAR!" Teriak Tika. "Lo gak apa-apa?"

"Lo yang nabrak gue Tik? Cepat kasih kompensasi gue Tik!" Pinta Ceasar.

"Kompensasi apaan?" Tanya Tika sambil membantu Ceasar untuk duduk.

"Biaya pengobataan gue!"

"Kok gue harus bayar sih? Salah lo juga ngapain jongkok di tengah jalan?"

"Ah elah, gue cuma lagi ngiket tali sepatu. Dan lo datang nabrak punggung gue!" Ujarnya sambil terus memegangi punggungnya yang sakit.

"Mana gue lihat! Lagian lo kelihatan gak kayak manusia, kelihatan kayak anjing!" Ujar Tika mengejek Ceasar.

"KAMBING gue dikatain anjing!" Celetuk Ceasar.

"Hahaha..." Tawaku pecah mendenggar ocehan Ceasar tadi.

"Nih anak malah ketawa, bantuin aja enggak!" Gertak Ceasar.

"Maaf, maaf. Lagian gue gak bisa ngapa-ngapain juga, nih tangan gue digips!" Aku menunjukkan tangan kananku.

"Dan sekarang gue yang jadi korban tabrak. Lo tanggung jawab lo ye, jangan asal kabur aja lo!" Ceasar menunjuk Tika.

"Iya iya, rempong banget sih! Ya sudah sekarang kita ke rumah sakit. Nila bantuin gue ngangkat nih anjing!" Ujar Tika.

"WOII!" Teriak Ceasar.

Tawaku dan Tika kembali pecah. Aku kemudian berusaha membantu Tika mengangkat Ceasar masuk ke mobil Tika. Tapi kemudian Randi datang, menggantikanku mengangkat Ceasar.

"Lo kenapa Sar?" Tanya Randi yang tak tahu apa yang sebelumnya terjadi.

"Lo gak tahu apa-apa tapi langsung bantu ngangkat gue. Lo emang gesit Ran!" Ujar Ceasar sambil mengacungkan jempolnya ke arah Randi.

"Iya iya, tapi serius ini ada apa sih. Kok badan lo remuk begini?" Tanya Randi lagi.

"Tanya aja nih sama si cabe!"

"LO NGATAIN GUE APA?" Teriak Tika tepat di gendang telinga Ceasar.

"PECAH GENDANG TELINGA GUE WOI!" Teriak Ceasar balik.

Randi hanya menggeleng melihat kelakuan mereka berdua. Sedangkan aku cekikian berusaha menahan tawa, sambil membukakan pintu mobil. Ceasar pun masuk ke dalam mobil, disusul oleh Tika yang kemudian melajukan mobilnya menuju rumah sakit.

"Ceasar tadi kenapa sih?" Tanya Randi.

Kami sekarang sedang berjalan beriringan.

"Tadi Tika gak sengaja nabrak punggung Ceasar waktu dia lagi ngikat tali sepatu!" Ujarku.

"Oh gitu." Randi memandangku sebentar lalu merebut tas yang kupangku.

"Eh kenapa?"

Lihat selengkapnya