Aku terus berlari menaiki tangga gedung sekolah munuju atap. Sambil membawa berbagai peralatan melukis yang kupinjam dari ruang seni. Terburu-buru karena dikejar waktu istirahat siang yang hanya berselang selama setengah jam. Cuaca sedang mendukung, cerah berawan dan tidak terlalu panas.
Brakk...
Aku langsung menoleh kearah pintu atas yang ditutup keras oleh seseorang, ketika baru saja menyiapkan kanvas. Randi datang dengan elegennya, dengan satu tangan terselip di saku celana dan yang satunya lagi menggenggam sebuah kotak bekal, berjalan perlahan mendekat ke arahku.
"Lo ngapain di sini?" Tanyaku.
"Gue tadi lihat lo kayaknya buru-buru banget, jadi gue ikutin sampai sini. Terus lo ngapain di sini?" Tanya Randi balik.
"Gue mau latihan," jawabku singkat.
"Latihan apa?"
"Melukis. Udah gak usah banyak tanya waktu gue cuma sebentar."
Aku duduk termenung sebentar sambil memainkan kuas, memikirkan ide untuk melukis apa. Sedangkan Randi langsung duduk bersila, menyantap bekalnya sendirian.
"Randi, lo mau gak jadi model gue?" Tanyaku. Aku duduk bersila menghadap Randi.
"Tapi gue kan lagi makan," ujarnya.
"Gak apa-apa. Tapi apa bisa badan lo ditegapin lagi, terus kepala lo miring ke kanan sedikit!" Pintaku.
"Begini?" Tanyanya sambil melakukan perintahku.
"Miring sedikit lagi!"
"Begini?"
"Oke, pas! Tahan, jangan banyak gerak ya!"
Randi mempertahankan posisinya, sambil terus menyuap makanannya. Aku berusaha melukis dengan sebaik mungkin, meski hasil menggambar tangan kiriku buruk sekali kemarin. Aku masih kesusahan menggunakan tangan kiriku, tapi masih lebih mudah dibanding kemarin.
"Lo sudah makan siang?" Tanya Randi.
"Belum," jawabku singkat. Aku masih fokus melukis wajahnya Randi.
"Ada apa sih sebenarnya? Kenapa sampai lo rela belum makan cuma untuk melukis?"
"Sebulan lagi akan ada lomba melukis. Gue harus biasain tangan kiri gue buat melukis, dan harus memanfaatkan waktu dan fasilitas di sekolah. Gue gak punya peralatan melukis di rumah," jelasku.
"Tapi lo yakin bisa melukis dengan baik dalam sebulan ini?" Tanya Randi sambil mengunyah sisa makanan dalam mulutnya.
Aku menghentikan kuasku, "kenapa lo ngomong begitu?"
"Mengasah kemampuan tangan kiri lo untuk melukis sama dengan waktu pertama kali lo melukis dengan tangan kanan. Butuh waktu berapa lama untuk tangan kanan lo bisa melukis sebaik sekarang? Mungkin begitu juga dengan tangan kiri lo! Butuh waktu hampir setahun untuk tangan kiri gue bisa untuk menyusul tangan kanan gue dalam bermain basket, dan butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa bermain lebih baik dari tangan kanan gue," jelas Randi.
"Tapi... gue mau mencoba walau nanti hasilnya gak sesuai harapan," ucapku penuh harapan.