Hari ke-10.
“Huft....” dengusku.
“Itu sudaha dengusan yang keberapa kali La? Sepanjang pagi kemu mendengus terus!” ujar Nurul yang duduk di sebelahku.
“Ayolah Nila, jangan galau terus dong! Lo harus semangat!” Tika mengguncangkan tubuhku.
“Sepuluh hari ya?” ujarku lirih sambil terus termenung, “kenapa waktu cepat banget berlalu sih!!” teriakku.
Sontak seluruh siswa di kantin menoleh padaku.
Aku tak peduli itu, justru dengan lebih gencarnya mengaduk-aduk isi piringku.
“Aduh Nila! Kamu sabar ya, jangan teriak-teriak gitu! Malu diliat yang lain!” ucap Nurul lirih.
“Cukup ngaduknya! Nasi uduk lo udah jadi nasi goreng tuh!” tambah Tika.
Aku menghentikan tanganku, membantingkan kepala ke meja, lantas terbaring lemas di sana.
Seseorang mendekati, perlahan aku mengangkat kepalaku, mendongak memandang orang yang sedang berdiri di hadapanku.
“Kenapa lo ke sini?” tanya Tika lebih dahulu.
“Gue mau ngomong sama lo!” Sia menatapku. Sendu.
“Ya sudah ngomong aja!” balasku. Aku malas sekali meladeninya.
“Langsung aja deh, nih!” Sia melemparkan sebuah paket berukuran sedang padaku.
“Ini apaan?” tanyaku.
“A present massage of Amerika from Maria Seran to her dear niece_ Nila.... PUAS!” teriak Sia dengan nada penuh penakan.
“Masalah lo apa? Lagi pula gue gak pernah minta tante Maria untuk ngirimin gue hadiah atau sejenisnya!”
“Masalah gue?” Sia mendekatkan wajah padaku, “lo seharusnya pergi selamanya dari hidup gue, tapi kenapa lo balik lagi?” Dia berbisik.
“Bukannya terbalik ya? Lo yang pergi duluan dan kembali lagi ke sini!”
“Siapa yang menduga, anak miskin seperti lo akan berada di sekolah elite ini? Tempat ini seharusnya gak dihuni oleh orang seperti lo!” Sia menatapku dengan raut wajah masamnya, kemudian perlahan meninggalkanku yang masih menatapnya tajam.
“Huft....” Aku kembali merebahkan kepalaku di atas meja, tak bersemangat untuk membuka kotak paket itu.
“Yang sabar Nila!” ujar Nurul sambil menepuk-nepuk bahuku.
“La, makan dong! Jam istirahat siang bentar lagi selesai loh! Lo gak laper?” tanya Tika.
Aku menggeleng pelan. Sama sekali tidak berselera.