Rumah? Apa yang ada dibenakmu tentang rumah? Rumah adalah tempat yang paling nyaman. Sejauh apapun kamu pergi kamu pasti akan kembali pulang ke rumahmu. Rumah adalah tempat dimana lelahmu menjalani hari bisa terobati dengan beristirahat, berbagi cerita, makan bersama, dan apapun yang bisa dilakukan bersama Keluarga di rumah. Segala yang kamu cari tentang kenyamanan susah pasti ada di Rumahmu sendiri. Tapi tahukah kamu? bahwa tidak semua orang merasakan kenyamanan di Rumah mereka.
Satria Erlangga atau Satria, ia tidak lagi merasakan kenyamanan didalam rumahnya. Sejak bisnis kedua orang tuanya semakin maju, mereka selalu sibuk dengan urusan pekerjaannya. Satria tidak lagi merasakan kehangatan keluarga didalam rumahnya sendiri. Jika yang lain bisa mengobrol dan bercanda kepada kedua orang tua, berbeda dengan Satria yang tidak bisa melakukan itu semua. Setiap pagi ia bermaksud untuk sarapan bersama namun kedua orang tuanya sudah pergi kerja dengan meninggalkan makanan dan uang di atas meja. Setiap malam ia bermaksud untuk sekedar bercerita tentang kegiatannya di sekolah, kedua orang tuanya pun sudah tidur atau bahkan mereka lembur pulang larut malam hingga Satria yang tertidur duluan. Setiap hari libur pun kedua orang tuanya masih sibuk dengan pekerjaan mereka. Satria seolah seperti orang asing yang tak pernah dianggap didalam rumahnya bahkan ia merasa dirinya sebuah benda sedangkan benda saja lebih berharga dibandingkan dirinya. Misalnya saja laptop, kedua orang tuanya lebih sayang dengan laptopnya dibandingkan dirinya. Ternyata menjadi anak orang konglomerat tidak menjamin kebahagiaan. Tinggal di rumah mewah pun tidak menjamin kenyamanan. Bukan harta atau uang yang ia harapkan tapi kenyamanan tinggal di rumah bersama kedua orang tua. Karena mendambakan kenyamanan, Satria lebih memilih bersahabat dengan Ucup dan Ojan dari keluarga yang kurang berada dibandingkan harus bersahabat dengan Reno, anak dari rekan kerja kedua orang tuanya.
Ucup yang bernama lengkap Yusuf Dermawan adalah sahabat Satria yang hatinya baik dan dermawan seperti namanya. Tinggal di rumah kecil tidak membuatnya pelit untuk berbagi dengan sesama. Setiap kali ada pengamen ataupun pengemis, dia selalu memberikan sebagian uangnya untuk mereka bahkan ketika uangnya sudah menipis. Dia percaya bahwa dengan berbagi tidak akan membuatnya kekurangan. Hal itu membuat Satria bangga dan nyaman bersahabat dengan Ucup. Tapi Satria juga kasihan dengannya. Belakangan ini Ucup tidak lagi merasakan kenyamanan didalam rumah. Dia selalu bertengkar dengan Ibunya. Ibunya selalu memarahi Ucup.
"Lihat perbuatanmu yang selalu memberikan sumbangan? Lihat apa yang terjadi sekarang nak? Kaya nggak, makin miskin iya! Sudah Ibu bilang berhentilah bersikap dermawan! Dasar anak bodoh kerjaannya hanya bisa membuang - buang uang! Kamu pikir dengan memberikan mereka sumbangan kita bisa kaya hah?!"
Dua minggu yang lalu saat Satria ingin menjemput Ucup, ia tidak sengaja mendengar ucapan Ibunya Ucup yang sedang memarahinya. Satria yang menginginkan bisa mengobrol dengan orang tuanya, melihat Ucup diperlakukan seperti itu membuat Satria merasa sedikit lebih beruntung karena orang tuanya tidak pernah memarahinya. Bagaimana memarahinya sedangkan satu kata saja tidak pernah ia dengar.
Sahabat Satria yang satunya lagi adalah Ojan yang bernama lengkap Fauzan Hamdani. Satria dan Ucup selalu nyaman berada di Rumah Ojan. Orang tuanya sangat baik. Setiap kali mereka berkunjung, kedua orang tuanya selalu memaksa mereka untuk makan bersama. Tapi kenyamanan itu tidak berlangsung lama. Sejak Ibunya Ojan meninggal dan Ayahnya menikah lagi dengan seorang biduan. Sejak itu, Ojan tidak lagi merasakan kenyamanan didalam rumahnya. Bahwa benar apa kata lirik lagu Ibu tiri hanya cinta kepada Ayahnya saja. Biduan itu seolah menjadi penguasa rumah. Ia bahkan menjadikan Ojan seperti babu dirumahnya sendiri. Tidak hanya itu, seringkali Ojan mengalami kekerasan fisik darinya. Sakitnya lagi Ayahnya lebih membela istri barunya itu yang tengah mengandung anaknya.
Seminggu yang lalu Satria dan Ucup yang berada didepan rumah Ojan tidak sengaja menyaksikan kejadian penuh sandiwara. Saat Biduan itu tengah memarahi Ojan dengan sengaja menjatuhkan dirinya seolah Ojan lah yang mendorongnya "Ojan apa yang kamu lakukan dengan Ibumu? Kamu ingin membunuh adik kamu?!" Benar saja biduan itu licik. Ayah Ojan yang melihat peristiwa itu lebih mempercayai istri barunya. Satria dan Ucup bermaksud memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi kepada Ayah Ojan, namun belum sempat masuk kedalam rumah Ojan, Ojan sudah ditendang oleh Ayahnya. Beruntung Ojan tidak jatuh ke lantai, Satria dan ucup berhasil menangkap tubuh Ojan.
Setelah peristiwa yang menimpa Ojan. Sejak hari itu mereka lebih sering menghabiskan waktu di luar. Hari ini mereka bertiga jalan kaki mencari angin sekaligus kenyamanan. Kaki mereka sama - sama melangkah dengan menendang botol - botol bekas yang berserekan dijalan untuk sekedar melampiaskan kekesalan mereka. Kenapa tidak ada lagi kenyamanan didalam rumah? Mereka iri melihat sekitar. Ada keluarga bahagia yang tengah merujak di teras rumah bersama keluarga kecilnya.
Satria, Ucup dan Ojan pun berhenti didepan danau, tempat favorit mereka untuk berkeluh kesah. Mereka melampiaskan kekesalan dengan melempar batu kecil ke dalam danau sembari teriak sekencang - kencangnya.
Lemparan batu pertama dari Satria "Apa cuma gue yang kayak orang asing didalam rumah sendiri?!"
PLUNG
Lemparan batu kedua dari Ucup "Katanya dengan berbagi tidak akan kekurangan tapi kenapa malah gue semakin miskin?!"
PLUNG