Kalau pas sekolah, juara pertama selalu diingat guru. Sama, pertemuan pertama akan terus diingat dan sulit dilupakan.
🍀🍀
Padang, 2014
Hari ini aku dan teman-teman prodi geografi mengikuti KKL (Kuliah Kerja Lapangan) yang pertama. Saat itu aku kuliah memasuki semester dua. KKL ini sendiri tujuannya untuk mempererat tali silaturahmi dengan teman beda lokal. Karena untuk prodi geografi sendiri ada 5 lokal untuk angkatanku/ BP 2013. Pada saat KKL inilah kami dipertemukan dan saling mengenal. KKL diadakan setiap semester genap. Biasanya kegiatannya berupa lomba, seperti solo song, balap karung, tarik tambang, cerdas cermat, futsal, bola kaki, dan ada juga lomba yel-yel. Kegiatan ini biasa diadakan diluar kampus selama tiga hari dua malam. Terkadang lebih menyenangkan dari sekedar duduk manis mendengar dosen ceramah.dan pada KKL pertama inilah jadi pertemuan pertamaku dengan dia.
Siang mulai menyapa, adzan zuhur sudah berkumandang. Kebetulan hari itu aku sedang berhalangan sholat. Aku memilih duduk di belakang tak jauh dari tempat sholat. Entah kenapa ketika aku melihat ke arah tempat sholat, aku terfokus pada pemuda yang mengenakan jaket putih berpadu celana krem. Tubuhnya kurus, ia berwajah tirus sepadan dengan kulitnya yang kuning langsat. Senyumnya lumayan manis. Melihat dirinya, aku jadi seperti kamera yang lagi fokus pada satu obyek, sampai kedua temanku, Marta dan Reva datang, aku tak menyadarinya.
“Itu namanya Fahrul!” Reva berkata lirih padaku. Sepertinya Reva sadar apa yang kulakukan daritadi. Memandangi Fahrul. “Kamu lagi liatin anak itu, kan?”
“Apa sih?” aku buru-buru mengalihkan pandangan.
“Nantilah, aku carikan nomor handphone si Fahrul!”
“Eh, buat apa?” tanyaku bingung.
“Buat kenalan sama kamu, lah!” Reva tersenyum nakal, kemudian Reva dan Marta menyusul teman lain ke tempat sholat.
Setelah Reva dan Marta pergi, aku tersenyum sendiri. Oh, jadi namanya Fahrul. Aku menebak-nebak, apa Reva kenal sama anak itu. Nomor handphone? Kenalan? Boleh juga.
Besoknya, Reva benar-benar menepati janjinya padaku.
“Nih!” Reva menyodorkan secarik kertas kecil.
“Apaan?” aku mengamati kertas kecil bertuliskan angka-angka itu.
“Nomor Handphone-nya si Fahrul.”
“Serius?” aku merapalkan nomor yang tertera.
“Iya. Simpanlah, siapa tahu berguna nanti!”
“Oke! Makasih Reva!” aku segera menyimpan nomor itu pada ponselku.