JARUM jam beker diatas meja menunjuk ke angka enam lewat sepuluh menit. Pagi itu masih sepi, dibungkus oleh suara musik dari kamar Nayra yang sejak sejam yang lalu masih berbunyi. Udara dingin masih tetap berhembus bagai meresap ke dinding dapur yang berukuran lima kali tujuh meter itu.
Di meja makan telah tersedia sarapan pagi untuk Nayra sebelum ia berangkat ke sekolah. Namun, sarapan pagi itu malah membuat Nayra meneteskan air mata untuk yang kesekian kalinya.
"Apa" suara itu tiba-tiba pelan dan air mata putri cantik ini seketika menetes. "Ayah sama bunda becanda kan?"
"Putri ayah jangan nangis dong, kan kita perginya cuman sebentar" seru ayah
"Janji yah, ayah sama bunda gak lama. Pokoknya Nay gak mau tauu, ayah sama bunda harus pulang sebelum party sweet seventeen nya Nay"
"Yes, promise" kini ia mencoba meyakinkan putrinya