Dreamelody

Nurul Fadilah
Chapter #4

PART 4

PART 4

Be my friend and walk with me

Give me your hand and promise

The doors of the future is opened

And I see the days that were promised

You and I, we can fly

You’re another me, I’m another you

Let’s just run for our lives

(Into the I-Land - IU)

***

GIA

Ada kalanya gue ngrasa kantin yang kalo istirahat ramainya ngalah-ngalahin pasar masih kalah sama isi kepala gue. Otak gue kecil sih, cuma satu pula tapi ya gitu, kayak ada yang berisik di dalam sana. Gue masih ingat jelas akhir pembicaraan gue sama mama kemarin. Kejadian yang nggak akan pernah gue lupain, mulai detik ini dan seterusnya.

"Gi, kamu denger Mama kan?" Giliran Mama yang tanya dan gue cuma diam. Gue nggak salah kan? Habisnya gue tahu mesti ngomong apa. Cuma air mata gue turun mewakili isi hati gue.

Lagi-lagi mama buang napas besar. Secapek itukah dia ngadepin gue?

"Oke, mama kasih kamu satu kesempatan lagi," ujarnya lalu gue menoleh penuh harap. "Bagaimanapun kamu tetep salah Gia, nggak seharusnya kamu bohongin Mama. Sebagai hukumannya kamu nggak usah ikut audisi tahun ini. Kami pikir-pikir lagi perbuatan kamu dan ambil pelajaran! Dan untuk seterusnya..."

Jantung gue rasanya udah mau copot. Gue was-was nunggu kalimat mama selanjutnya.

"Kamu nggak boleh ikut audisi atau ambil job apapun, whatever yang berhubungan dengan nyanyi di luar. Kalau pingin nyanyi mama izinin kamu nyanyi di rumah, ada studio. Kamu boleh ikut semua itu lagi asalkan kamu udah dapat juara satu."

Coba bayangin, gimana perasaan gue saat itu? Mama kasih gue harapan tapi apa gunanya kalau gue nggak bisa menggapai itu. Juara satu? Naik kelas aja syukur alhamdulillah. Beruntungnya zaman sekarang udah gaada juga nilai rapot merah. Jadi, gue nggak malu-malu amat.

"Gi, dimakan dong nasinya jangan didiemin aja!" Bujuk Nara prihatin lihat gue nglamun dari tadi. Sama kayak ekspresi Reyhan dan Abel yang juga kaget waktu denger tantangan konyol itu. Jujur, makin kesini gue makin iri sama mereka. Mereka beruntung punya orang tua yang support cita-cita mereka sepenuhnya.

"Gak napsu, Ra," dan untuk pertama kalinya gue anggurin nasi pecel gratis di depan gue ini. Saat perut gue sebenarnya udah melilit juga.

"Jangan putus asa dulu, lo kan masih bisa usaha buat dapet juara satu."

Lihat selengkapnya