PART 5
Just life, we’re still good without luck
Even if you lose your way, keep taking light steps that make a click clacking sound
There’s no right, honestly perhaps everyone wants to cry
Maybe they get angry because they don’t want to get sad
(Unlucky - IU)
***
GIA
Gila, udah nunggu satu jam di atas sepeda motor karena gue bener-bener nggak tahu kemana gue harus pergi. Parahnya, orang yang udah gue contact dari tadi nggak ada respon juga. Jangan bilang kalau Sarga lupa! Dia sendiri yang bilang habis magrib dan share location ke gue tapi sialnya gps gue malah berhenti depan kuburan?
Mana udah malem pula. Untung gue nggak pakai dress putih. Kalau iya, bisa-bisa gue dikira penunggu tempat ini sama orang yang lewat. Awas aja lo Sarga, buat gue nunggu depan kuburan kayak gini! Panjang umur banget tuh cowok. Baru gue maki-maki dia udah nelpon gue.
"Lo dimana sekarang?"
Gue langsung menjauhkan ponsel gue lagi. Sekedar ngechek layar buat mastiin kalau itu bener dia. Dari suaranya gue bisa tahu kalau dia cemas.
"Kuburan."
"Kuburan mana?" Nah, dia yang orang sini aja nanya gue, terus gue harus nanya siapa? Para arwah di sebelah gue?
"Kuburan yang ada jalan buntu. Udah lo nggak usah jemput gue! kasih tahu aja gue harus kemana dari sini," tawar gue berbaik hati.
"Jangan kemana-mana, gue jemput!"
"Eh ng--"
Eh, sumpah nih cowok nggak ada sopan-sopannya. Gue belum kelar ngomong udah diputus sepihak dong. Sabar, Gi sabar. Dia bakalan jadi guru lo sebentar lagi. Lo murid berbakti kan? Sambil nunggu ternyata ada pesan masuk ke hape gue.
Abel : Udah nyampek rumah Sarga, Gi?
Semua kekesalan gue mendadak menguap. Ujung bibir gue akhirnya ketarik ke atas. Karena gue nggak mau buat dia khawatir gue terpaksa bohong dengan bilang gue udah sampai di rumah Sarga dengan selamat.
Abel : Oke deh, selamat belajar :)
Nah loh, disemangatin aja gue udah seneng. Ini kenapa ada tambahan emotnya di belakang. Kapan-kapan ganti ya Bel emotnya, ganti yang warna merah itu loh!
"Jangan senyum-senyum sendiri depan kuburan, nanti lo dikira nggak waras," gue terlalu fokus sama ponsel sampai nggak denger suara motor dia berhenti depan gue.
"Syukur-syukur gue masih bisa senyum setelah dinungguin satu jam depan kuburan sendiri kayak orang gila," balas gue nyindir dia. Raut wajah Sarga langsung meredup. Dia ngrasa bersalah kelihatannya.
"Maaf, gue nggak tahu lo dateng lebih awal."