PART 8
It's because I like you
Even though I have on a cold face
My heart isn't like that, it's a lie
But foolish you makes me frustrated
It's because I like you so much
Even though I have an indifferent face
I wait again and wonder what I should do
And at the end of the day, I say
I love you
(Every End of The Day - IU)
***
ABEL
"Gue minta maaf ya, Bel buat yang kemarin."
Lo nggak perlu minta minta maaf, Gi. Lo nggak salah apa-apa ke gue. Kalaupun kemarin lo pergi dari Kafe pasti ada alasannya. Ataupun saat lo nyuruh gue jangan jemput lo ke rumah pasti ada alasannya. Gue percaya sama lo, Gi.
"Kata Nara lo mau gabung sama Pak Rustam, jadi ya?"
Sebenernya gue pingin lo jadi orang pertama yang tahu tentang itu, Gi bukan Reyhan atau Nara. Coba kalau lo nemenin gue kemarin pasti lo jadi orang pertana yang tahu.
"Bel..." tegur lo karena gue nglamun. "Mikirin apa?"
Mikirin lo, Gi.
"Oh.. masalah itu, masih gue pertimbangin lagi. Kontraknya agak ketat," karena kalau gue ambil kontrak itu artinya gue harus bertahan dengan satu penyanyi dan itu bukan lo. Gue masih ingat impian kita buat duet bareng satu panggung. Gue nunggu lo, Gia.
"Dicoba dulu aja, siapa tahu takdir lo emang disitu. Kesempatan nggak datang dua kali, Bel! Jangan disia-siain," ujar Gia yang seketika bikin ati gue adem. Terus semangatin gue Gi, gue suka lo nasehatin gue. Gue suka lo perhatian ke gue.
"Oke nanti gue pikirin lagi!"
Pembicaraan kami selesai. Gia pamit pulang tapi entah kenapa gue nggak rela dia pergi. Suasana hati gue tiba-tiba jadi lebih baik setelah ngobrol sama Gia dan gue gak pingin ini berakhir gitu aja. Gue masih mandangin punggung Gia yang perlahan menjauh.
"GIAA!" Untuk pertama kalinya gue lari ke arah lo Gi. Bukan lo yang nyamperin gue.
"Mau makan bareng?"
GIA
Gue dan Abel akhirnya makan bakso di warung deket sekolah. Kali ini bener-bener berdua. Gue dan dia tanpa ada temen-temen yang lain, kecuali beberapa orang yang sama makan bakso di sini. Rasanya gue masih nggak percaya kalau Abel duduk di depan gue sekarang. Sesuatu yang nggak pernah gue bayangkan. Gue emang udah berulang kali bertatap muka sama dia tapi rasanya tetap sama. Selalu deg-degan.
Semoga aja dia nggak menyadari kegugupan gue.
"Lo udah pernah nyobain bakso ini?" Tanya dia waktu pesenan kita datang.