PART 9
I'm afraid my heart will be revealed
My heart is really sad
Please wait for me a little longer
You and me, we can't be together now
I wanted to speed up time, but
In the future, you
I don't know where
Please call my name
The future that I see
You and I, we're together
(You and I –IU )
***
ABEL
Kemarin gue seneng banget dan slasannya cuma satu. Karena Gia. Ya, gue seneng aja sepulang kita makan bakso kemarin kita jadi lebih banyak ngobrol. Gue juga akhirnya tahu kenapa Gia nolak ketemu Pak Rustam waktu itu. Gue jadi penasaran apakah Shafira yang asli sama kayak yang Gia ceritain atau enggak. Gue percaya Gia gak bakalan bohong tapi biasanya orang licik gitu punya dua muka.
"Ngapain lo kesini? Gaada traktiran, lo nggak ngasih jawaban tadi," itu bacotnya Reyhan waktu Sarga dateng dan duduk di sebelah gue.
"Tahu ah, lo gak asik!"
"Sarga ngosongin jawabannya tadi," gue membela Sarga karena gue tahu dia bukan orang yang pelit sama jawaban bahkan setiap kali ada tugas dia juga yang bantuin gue, Devan, sama Reyhan. Dan gue juga menyadari hal lain selama ulangan tadi, yaitu tatapan Sarga yang fokus ke Pak Tresno. Kayak ada sesuatu yang dia sembunyiin.
"Hah? Serius?" Reyhan sama Devan natap ke arah gue bareng-bareng. Jangankan mereka, gue aja kaget. Seumur-umur seorang Sarga gak mungkin menelantarkan ulangan dia gitu aja. Gue juga harus menuntut penjelasan ke dia.
"Lo kalau ada masalah jangan ditanggung sendiri. Kita ada di sini buat lo," ujar gue jadi puitis. "Buruan cerita, kenapa?" Atensi kita bertiga udah sepenuhnya mengarah ke Sarga.
"Gia gak cerita ke lo?" Tanya dia bikin gue kaget. Eh, darimana si kamus berjalan ini tahu gue deket sama Gia? Eh, iya ding gue lupa Gia kan belajarnya sama dia sekarang. Apa ini artinya Gia pernah cerita tentang gue juga ke Sarga. Duh, kok gue jadi kegeeran ya. Mana hati udah meletup-letup lagi.
"Enggak," jawab gue singkat biar mereka gak tahu kalau gue lagi gugup.
"Lo ada hubungan sama Gia, Bel?"
"Telat lo! Orang udah jalan berkali-kali masih juga ditanya!" Mulut Reyhan ember banget sih. Mau gue beliin lakban aja biar dia tutup mulut.
"Mana gue tahu, gue tahunya kan lo berdua ngeband sama Nara bukan sama Gia."
"Asal lo tahu, Gia juga penyanyi tahu. Suaranya enak banget!"
Kok jadi bahas Gia sih? Gue nggak suka aja kalau ada orang muji-muji dia kayak gitu. Untunglah Sarga gak ikut-ikutan muji Gia atau gue gak tahu lagi mesti gimana. Tapi satu kalimat Sarga tadi cukup mengganggu gue.
"Gia gak cerita ke lo?"