PART 13
Yellow CARD
If you cross this line, it’s a violation
Keeping manners stop here, it’s mine
Please keep the line
Hello stuPID
If you cross that line, I’ll get serious
Stop it, keep the distance
Cause we don’t know
Comma we don’t (anything)
(BBIBBI - IU)
***
GIA
Ketika ada seseorang yang punya tempat khusus di hati lo, gue yakin apapun yang dia lakukan akan lo inget terus. Dari hal kecil sampai hal besar gue yakin lo akan inget, melebihi ingatan lo akan diri sendiri. Sama halnya ketika orang itu lagi bahagia, lo pasti akan ikut bahagia meskipun lo gak mengalaminya.
"Congratulation for achieve your dream." Gue bahagia banget rasanya waktu bilang kalimat ini ke dia. Gue kira bakal nunggu bertahun-tahun lagi untuk bilang gini, tapi ternyata Tuhan ngabulin doa Abel lebih cepat dari yang gue bayangkan.
"Gue berasa kayak habis menang pertandingan kalo lo bilang gini." Abel duduk di kursi sebelah gue. "Tumben banget ada di perpus, biasanya di kantin."
"Ngejek gue nih ceritanya," gue menutup buku setelah kurang lebih lima puluh menit gue hafalin isinya. Kalau bukan karena gue besok mau ujian gue gak mungkin ada di sini sekarang. Ulah siapa lagi kalau bukan Sarga, dia yang maksa gue buat tambah jam belajar sebagai ganti tutup mulut dia bantu gue bohongin Mama.
"Gue malah suka kali lihat lo semangat belajar gini!"
"Kalau aja otak gue kayak temen lo pasti gue gak perlu susah-susah belajar sekarang, tinggal cling langsung dapet seratus deh!" Ini yang gue suka dari Abel, sereceh apapun omongan gue dia pasti ketawa. "Jadi gimana nih profesi barunya? Enak gak?"
"Masih meeting biasa sama latihan sih," jawab Abel menerawang. Gue sebenernya kaget waktu tiga hari yang lalu dia gak masuk sekolah dengan alasan sakit. Gue kira dia beneran sakit tapi ternyata dia lagi persiapan lagu pertama dia.
"Gue masih gak nyangka Bel kalau lo udah sedekat itu sama mimpi lo," sedangkan gue masih jauh di belakang, lanjut gue dalam hati.
"Gi..." gue rasa Abel sadar kalau gue lagi membayangkan yang aneh-aneh. "Sorry gue udah terima tawaran ini. Gu--"
"Bel!" Gue dengan cepet motong ucapan dia. "Stop bilang maaf ke gue! Lo gak salah apapun. Dari awal gue udah bilang masalah gue sama Shafira itu bukan masalah lo." Abel tetep diem, dia bahkan gak mau natap mata gue. "Bukan salah lo untuk berjuang demi mimpi lo, Bel. Gue malah bangga sama keputusan lo."