PART 15
It’s alright if you don’t know
Or if you don’t find me
It’s just that small light that won’t go out
Is twinkling and living right here
It lives forever
I can’t take my eyes off of you
So all day, my eyes hurt
Feeling sad, It’s because of you
(Heart - IU)
***
ABEL
Apa yang ada di pikiran anak yang umurnya hampir tujuh belas tahun mungkin gak serumit orang dewasa tapi juga gak sesimpel anak-anak. Banyak orang bilang masa remaja itu masa penting buat pencarian jati diri. Sampai sekarang pun gue gak merasa menemukan jati diri gue yang sebenernya, karena masih ada beberapa hal yang kadang susah untuk gue pilih. Misalnya waktu gue ambil kontrak itu kemarin. Gue tahu itu hal yang gue suka dan gue inginkan, jadi gitaris. Tapi saat tawaran udah di depan mata malah ada satu dua alasan yang bikin gue susah untuk mengatakan iya.
Dan alasan yang membuat gue bimbang gak lain dan gak bukan adalah Ananda Gia Griselda. Gue gak tahu sejak kapan nama lengkap dia bisa gue hafal di luar kepala. Yang jelas gue ngrasa seneng kalau lagi ngobrol sama dia. Apalagi pas kita ngomongin sesuatu yang kita sukai, rasanya di dunia ini cuma ada gue, dia, dan musik.
Kebetulan banget kesukaan kita di bidang yang sama. Mungkin itu juga sebabnya gue berharap selalu ada di zona yang sama dengan dia. Dan ketika dia menolak berada di zona yang sama, gue seperti dihadapkan pada dua pilihan sulit. Cinta atau cita-cita?
Bentar, emangnya gue udah jatuh cinta sama Gia?
Hmmm
Gue tahu jawabannya.
Iya, udah. Karena kalau enggak, gak mungkin gue ada di tempat ini sekarang. Rumah wali kelas Gia hanya untuk memecahkan misteri yang sempet bikin emosi gue mau meledak beberapa minggu lalu. Karena gue ingin ngebantu Gia menyelesaikan misi dari mamanya. Kalau Gia berhasil, artinya dia juga dapat izin jadi penyanyi. Dan gue gak perlu ada di zona yang berbeda dengan dia. Antara cinta dan cita-cita. Kalau gue bisa dapetin dua-duanya kenapa harus milih salah satu?
"Jadi nama kamu siapa tadi?" Pak Tresno duduk di depan gue dengan wajah serius.
"Saya Abel, Pak dari kelas IPA 3," ulang gue sekali lagi dengan wajah yang cengengesan tentunya.
"Jadi kamu dapet info dari mana tentang bimbel saya ini?"
Gue sedikit mengerutkan kening. Wah, ini pertanyaan jebakan ini. "Saya ingat dulu waktu masih awal masuk sekolah, Bapak pernah bilang begitu. Waktu itu saya tidak daftar karena masih merasa mampu, Pak eh tapi ternyata saya salah." Gue bahkan sampai bela-belain bawa rapot juga. "Nih, Pak coba dilihat! Nilai saya jelek banget kan Pak? Kalau saya gak lulus gimana dong Pak? Nanti saya dicoret dari KK."