Dreamelody

Nurul Fadilah
Chapter #23

PART 23

PART 23

I'll be nearby

Baby sweet goodnight

I'll always be there for you

And the days that I can't see anymore

Let go of me now

My edelweiss

Baby sweet goodbye

You can forget everything.

It's all right. It's all right. Let it go

(Lullaby - IU)

***

GIA

Kesempatan gak datang dua kali...

Iya, gue tahu. Gak ada kesempatan yang sama persis datang untuk kedua kalinya, kalaupun ada pasti ada berbeda gak mungkin persis sis sama. Dan gue gak tahu apa yang lagi gue pikirin sekarang. Gue hanya memandang ke jalan di samping gue. Tanpa sedikitpun berani menoleh ke cowok yang lagi duduk di sebelah gue. Karena gue takut ketika gue noleh, dia bakalan tahu apa yang sedang gue pikirin.

"Gia!" Tuh kan, gak lama dia udah panggil nama gue. Gue hanya bergumam tanpa berniat menoleh tapi dia menepuk lengan gue. "Mau?"

Astaga, ternyata dia cuma mau nawarin gue bakpia punya temen di sebelahnya. Gue pun mengambil satu tapi hanya untuk gue pegang bukan makan. Iya, gue sekarang lagi ada di dalam bus yang bakal membawa gue ke sebuah tempat dan acara yang gak pernah sekalipun terlintas di benak gue akan gue datangi. Gue bukannya menolak ajakan Nara dan Abel, gue hanya masih bimbang.

Lucunya lagi gue malah membawa seperangkat baju, sepatu, dan alat make up di dalam tas gue beserta alat tulis tentu saja. Karena gue masih belum tahu kemana pilihan gue nanti. Apakah gue akan mengikuti rencana Nara atau menyelesaikan olimpiade itu? Keduanya sama-sama berharga buat gue. Susah kalau disuruh milih salah satu di anataranya. Kenapa kesempatan selalu datang di saat yang bersamaan?

"Kok gak lo makan," tanya Sarga. Gue berakhir duduk sebangku sama dia karena sekali lagi gak ada yang gue kenal di sini selain dia. Gue tahu nama mereka semua, kelas mereka apa tapi gak kenal akrab. "Lo ada masalah?"

Sarga gak akan berhenti tanya sebelum gue jawab. "Sarga..." gue jarang banget dan hampir gak pernah manggil nama dia selengkap itu kecuali gue bener-bener udah putus asa. "Gue takut," lirih gue pelan.

Sarga diem cukup lama. Mungkin dia gak denger karena suara gue kekecilan. "Ada gue," ujarnya membuat gue menoleh. "Lo takut kenapa? Takut kalah?"

Gue menyandarkan kepala. Iya, gue takut kalah. Bukan kalah olimpiade tapi kalah sama takdir gue sendiri. Sepertinya kali ini Sarga bener-bener gak tahu isi kepala gue. Syukurlah, kalau dia tahu gue yang akan berakhir saat ini juga. "Dalam sebuah kompetisi kalah dan menang itu biasa. Semua orang berangkat dengan tujuan yang sama, untuk menang tapi hanya takdir mereka yang akan menentukan hasil akhirnya."

Lihat selengkapnya