PART 24
No matter the reason we encountered
and fell in love with each other
No matter the reason you came and stayed with me
I pray that on blissful days and weary days in life,
I can stay by your side all the time
(I Give You My Heart - IU)
***
SARGA
Seminggu setelah olimpiade itu berlangsung gue belum pernah ketemu lagi sama Gia. Setiap kali gue gak sengaja lewat di depan kelasnya, gue selalu melihat dia menaruh kepalanya di meja kayak gak ada semangat. Selama seminggu itu juga Gia gak pernah belajar ke rumah gue. Semua pesan dan panggilan gue juga gak pernah dibales. Lo kenapa Gi? Gue ada salah apa sampai lo menghindari gue kayak gini?
Yang lebih aneh lagi, temen sebangku gue, Abel. Dia juga ikut diemin gue. Emang kita tetep ngobrol sesekali tapi gak seintens biasanya. Gue udah pernah mempertanyakan kenapa sikapnya tiba-tiba berubah tapi Abel selalu balas gue dengan senyuman dan bilang gak ada apa-apa. Udah persis kayak cewek kan?
Dan mungkin satu-satunya kesempatan gue untuk ketemu Gia adalah sekarang. Ketika mendadak nama kita berdua dipanggil oleh Bu Asti, guru BK gue. Waktu gue masuk ke dalam ternyata ada Bu Ningsih sama Pak Tresno juga disana. Wah, apa ini berhubungan sama olimpiade itu ya, denger-denger sih pengumumannya emang hari ini.
"Duduk sini Sarga!" Medengar nada bicaranya gue rasa ini bukan tentang olimpiade tapi ada sesuatu lain yang serius. Perasaan gue gak melakukan pelanggaran apapun.
"Ada apa ya Bu?" Mereka bertiga sempet saling pandang sebelum menyerahkan sebuah kertas ke arah gue. "Ini hasil olimpiade kemarin." Gue langsung membaca dokumen itu dengan jantung berdebar. Gotcha! Nama gue, Sarga Pahlevi ada di urutan lima besar. Artinya gue masuk final dong!
"Ini.. saya lolos ke final?" Gue masih gak bisa percaya. Tapi melihat mereka bertiga mengangguk dengan ujung bibir terangkat membuat gue bersorak lega dalam hati.
"Selamat ya! Kamu udah membawa nama sekolah dengan sangat baik!"
Peejuangan gue siang-malam sejak satu tahun yang lalu akhirnya terbayar. Meskipun nanti gue gak bisa dapet juaran setidaknya gue udah berhasil masuk final. Mata gue kemudian beralih mencari satu nama lagi yang karena dia semangat gue bertambah berkali lipat. Namun, ketika mata gue menemukan nama Ananda Gia Griselda, kolom yang seharusnya berisi nilai malah kosong.
Bersamaan dengan itu pintu masuk diketuk dan didorong oleh seseorang yang sama, Gia. Awalnya dia sedikit kaget waktu lihat gue tapi selanjutnya dia kembali menunduk. Dia duduk berseberang di depan gue.
"Gia kamu yang waktu itu ikut Olimpiade Matematika bareng sama Sarga kan?" Tanya Bu Asih. Gia mengangguk ragu. Gerak-geriknya agak sedikit aneh menurut gue. Seolah dia sedang ketakutan. "Coba kamu lihat hasilnya!"