PART 26
When I feel so tired
I want to give up all the dreams that I have been keeping so hard
Every time, I feel that I have nothing
My legs lost strength and I fell
Someday, these tears will stop dripping
Someday, this darkness will disappear
I hope the warm sun dries up the tears
(Someday - IU)
***
SARGA
Seminggu yang lalu dia yang mengabaikan gue tapi seminggu sekarang giliran gue yang mengabaikan dia. Bukan karena gue sengaja balas dendam, ini karena gue bener-bener kecewa sama Gia. Gue juga kecewa banget sama Abel. Mereka dua orang yang paling gue percaya ternyata menyembunyikan sesuatu dari gue. Apa alasannya? Karena gue terlalu kaku? Atau karena gue pemarah? Tapi seingat gue, sekali aja gue gak pernah ngebentak mereka atau ngomong kasar. Lalu, apa alasannya mereka gak bisa percaya sama gue? Apa gue gak pantes ada di garis yang sama dengan mereka?
Dan ternyata ada hal lain yang lebih melelahkan daripada memikirkan semua alasan di atas, yaitu berpura-pura gak peduli di saat hati lo sebenernya peduli. Malam ini harusnya menjadi malam yang sama seperti kemarin-kemarin. Sampai gue lihat dia berdiri di depan pintu rumah gue tersenyum seperti biasanya. Ternyata dia masih punya kebenarian buat dateng ke sini. "Sarga," panggilnya pelan karena gue mengalihkan pandangan darinya.
"Kenapa?" Jawab gue singkat. "Bukannya lo masih diskors? Buat apa belajar?" Sekalian aja biar dia semakin percaya kalau gue orang yang jahat. Gue udah mau menutup pintu saat kedua tangan dan kakinya menghalangi.
"Ada yang pernah bilang ke gue kalau belajar itu gak kenal tempat dan waktu," kata Gia mengutip salah satu kalimat gue. Kalau dia bisa sehafal itu dengan kalimat yang ini kenapa dia bisa lupa kalimat gue yang lain, yang selalu ngingetin dia kalau mimpi itu dicapai dengan cara yang baik bukan dengan menipu orang lain.
"Gue capek," hanya itu yang bisa gue katakan. Kalaupun dia menganggap gue capek fisik terserah, meskipun sebenernya gue capek hati juga. Capek berpura-pura marah sama lo, Gi. Capek pura-pura gak peduli sama lo. Karena sebenernya saat lo cuma diam sambil menunduk dan bilang maaf, gue merasa gue yang bersalah disini bukan lo.
Gue menghela napas dan berbalik. "Masuk!"
Ada raut ceria di wajahnya waktu gue nyebutin satu kata itu. Seperti biasa kita duduk di sofa dan Gia mengeluarkan buku-bukunya sementara gue diam, mengamati semua gerakannya. "Ga, gue masih bisa sekolah kan?" Gak tahu kenapa tiba-tiba gerakkanya terhenti dan dia ngucapin kalimat itu.
"Lo itu diskors bukan di DO," jawab gue seadanya.