PART 29
Just like letters on the sand where waves were
I feel you'll disappear to a far off place
I miss you again and miss you more
All the words in my dairy, I can't show them all to you
It's that I love you
Tonight, I'll send the glow of a firefly
To somewhere near your window
I hope it's a good dream
(Through the Night - IU)
***
SARGA
Sebuah pemandangan baru ketika gue baru membuka pintu ruang TIK karena Bu Ningsih meminta gue untuk bertemu ternyata di sana ada beberapa siswa lain yang juga masih menggunakan komputer untuk mengerjakan tugas. Iya, sekolah gue membebaskan siswanya menggunakan semua komputer di sini dengan syarat tidak untuk bermain game. Tapi bukan mereka yang gue lihat melainkan tiga orang pojok belakang yang mana gue kenal semua nama mereka dan belakang ini gue tahu mereka sempet cekcok tapi untunglah kalau sekarang semua udah baikan.
Gue gak tahu sejak kapan dua diantaranya, lebih tepatnya Gia dan Abel baikan. Tapi gue bersyukur, karena itu artinya Gia masih mendengarkan ucapan gue waktu itu. Meskipun gue dan Abel sebangku kita hampir gak pernah ngomongin Gia di kelas. Harusnya gue seneng ngelihat mereka akur tapi alis gue malah terangkat sebelah waktu Nara tiba-tiba menghalangi layar komputer itu seolah gue gak bisa lihat.
"Sarga, sini!" Suara Bu Ningsih membuat gue meninggalkan mereka tanpa bertanya apapun. Sebetulnya gue curiga, tapi gue percaya mereka gak akan mengulangi hal yang sama seperti kejadian beberapa bulan lalu.
"Tadi laptop Ibu mati, makanya Ibu mau ngetik materinya di sini. Nanti Ibu agak dateng terlambat ya, kamu putar vidio ini dulu--" selanjutnya gak cuma ucapan wali kelas gue yang gue denger tapi juga ucapan ketiga orang itu tadi yang samar-samar menembus lubang telinga gue.
"Gak gue gak bisa!" Itu suara Gia.
"Kali ini kita bakalan minta izin langsung ke Mama lo, Gi bukan kayak waktu itu." Dan itu suara sahabatnya Nara. "Lo juga tahu audisi ini kan? Ini gak bakal ada manipulasi seperti yang dulu."
Apa? Audisi? Manipulasi? Ekor mata gue sedikit melirik mereka. Jadi, Gia mau ikutan audisi lagi? Gak ada salahnya sih. Asalakan kali ini mereka lakuin sesuai prosedur. Tapi kenapa di antara Gia ataupun Abel gak ada satupun yang cerita ke gue?
"Gak bisa, gimana cara gue ngomong ke Mama setelah yang waktu itu gue di skors?" Gia masih bersikukuh menolak.
"Kita yang bakal dateng ke rumah lo, Gi. Kita gak akan maksa. Kita beneran mau minta izin sama beliau untuk mengizinkan lo ikut audisi. Ini audisi impian lo, Gi!" Tekan Abel, dia sesekali melirik gue. Mungkin untuk memastikan bahwa gue gak denger. Dan gue pun bersikap seolah gue hanya terfokus pada Bu Ningsih bukan mereka.
"Ya tapi gak sekarang!" Tolak Gia lagi.
"Terus kapan lagi? Lo yakin tahun depan dan seterusnya Mama lo bakal ngasih izin?"
"NARA!!" gak cuma gue tapi semua orang di dalam ruangan ini menoleh ke arah Gia. Bu Ningsih sempet ngasih tatapan tajam sebelum Gia meminta maaf pada kami semua dan berlalu pergi setelah membisikkan sesuatu kepada Nara yang gue gak denger itu apa. Dia sempat menoleh ke arah gue terakhir kali sebelum pintu ruangan tertutup.