PART 32
Even if my love is a love I'm doing alone
It has all of the precious things fill up my heart
Even if my love is a love I'm doing alone
It's eternal, it won't wither
Maybe love is like trying to hold your hand that I can't reach
Maybe love is like looking for a place that doesn't even exist
(Love Alone - IU)
***
GIA
Setelah badai selalu ada pelangi. Gue percaya kalimat itu dan kini gue mengalaminya. Beberapa hari yang lalu nampaknya menjadi hari-hari terberat dalam hidup gue. Syukurlah semua berangsur-angsur membaik. Mama udah keluar dari rumah sakit dan udah bisa beraktivitas seperti semula sekarang. Masalah audisi, gue udah ikhlas lahir batin. Hanya saja gue berharap akan diberi kesempatan mengikuti audisi seperti itu lagi kedepannya. Ya, bagaimanapun impian gue masih tetap gue genggam erat dan gak akan pernah sekalipun gue lepasin.
Tinggal satu masalah lagi yang belum terselesaikan. Maka dari itu gue sengaja janjian sama Sarga di gazebo deket taman untuk membicarakannya. Gue sebenernya sedikit kaget waktu Sarga kembali mengungkit soal Shafira. Dia bilang Shafira jelas ada kaitannya dengan Pak Tresno. Gue yakin kalau seorang Sarga berani ngomong kayak gitu dia pasti punya bukti atau seenggaknya alasan yang jelas.
"Udah nunggu lama?" Tanya dia karena gue lebih dulu ada di sini.
"Hmm, lama banget. Sampai lumutan gue disini," ujar gue membuatnya tertawa kecil. Belakangan ini sikap Sarga jadi agak berubah. Wajahnya gak lagi kelihatan kaku, udah agak ramah. Dan dia juga lebih sering ketawa kalau ngobrol sama gue. Ya, syukurlah kalau gue membawa hawa-hawa positif.
"Jadi apa yang lo temuin?" Tanya gue dan kemudian Sarga menyodorkan sebuah kertas yang sudah kumal tapi masih utuh dan bisa dibaca dengan jelas. "Ini.. punya Shafira?" Mata gue sampai gak berkedip untuk beberapa saat.
"Gue nemuin itu di tong sampah pada waktu kita rapotan. Enam bulan yang lalu tepatnya," ujar Sarga pelan. Pasalnya banyak siswa yang lagi istirahat di sekitar kita.
"Enam bulan yang lalu dan lo baru ngomong ke gue sekarang?" Gue cukup terkejut untuk ukuran Sarga yang biasanya gercep kenapa bisa sesantai ini?
"Karena gue mau mastiin sesuatu dulu. Iya kalau wali kelas lo sengaja ngganti nilai Shafira, kalau emang ada kesalahan imput data beneran gimana? Kita juga gak boleh sembarangan nuduh guru, Gi!"
Ah, iya harusnya gue gak lupa kalau Sarga itu smart. Setiap tindakannya pastilah didasari alasan yang kuat. Gak seperti gue yang asal jalan tanpa alasan.
"Hmm oke oke. Terus rencana lo selanjutnya gimana?"