PART 33
This is love, that is, between you and I
I like you, so much that I can’t take it any more
That’s enough, you don’t have to think any further
Just as your heart is saying to you
Just hold my hand
Hold my hand now
(Hold My Hand - IU)
***
GIA
Tiga tahun berada di jenjang SMA gue baru bisa merasakan ketenangan yang gue inginkan di satu tahun terkahir. Kelas sebelas kemarin adalah tahun yang penuh tantangan. Banyak kejutan yang gue dapetin di tahun itu. Mulai dari yang paling sakit sampai yang paling membuat hati gue tenang. Berita satu tahun lalu menjadi titik akhir pergejolakan berat yang gue alami. Sekarang gue tenang karena wali kelas gue bukan lagi Pak Tresno tapi Bu Asti sendiri. Gue agak sedih sebenernya waktu tahu Sahfira juga dikeluarkan dari sekolah bersama dengan Pak Tresno karena kesalahan orang tuanya.
Kelas 12 berjalan singkat seperti yang gue bayangkan. Gak banyak kejadian spesial yang terjadi satu tahu belakangan ini. Gue masih tetep fokus belajar karena tinggal satu kali rapotan sebelum gue dinyatakan lulus dari SMA Gemilang. Sedangkan gue belum memnuhi janji gue ke Mama. Dapet rangking satu. Semester lalu gue udah bisa berada di posisi tiga besar dan gue yakinkan pada diri gue sendiri kalau semester ini gue pasti bisa memenuhi keinginan Mama gue.
"Gia, dicariin temen kamu." Mama membuka pintu gue.
Kening gue bertaut. Tiga orang yang dekat dengan gue sekaligus pernah datang ke rumah hanya Nara, Sarga, dan Abel. Dan biasanya mama akan menyebut nama mereka secara langsung bukan dengan kata 'teman'. "Siapa, Ma?"
Mama hanya menggeleng dan tersenyum sebelum menutup pintu. "Pakai baju yang sopan!" Katanya. Tanpa perlu disuruh mama juga gue bakalan ganti baju. Masak iya gue keluar pakai piyama tidur. Tapi gue penasaran siapa yang bertamu malam gini?
Begitu gue keluar gue langsung menghela napas kesal. "Yaelah, lo Ga, gue kirain siapa?" Gue langsung mendudukkan diri di sofa.
"Emang lo kira siapa?" Tanya dia balik.
"Abisnya biasanya Mama gue langsung bilang ada Sarga kok ini tadi bilangnya ada temen jadi gue kira orang lain." Ada lagi satu hal yang berubah sejak satu tahun ini, yaitu semakin ke sini gue dan Sarga sudah bukan seperti guru dan murid lagi. Iya, kami berteman dekat. Bahkan sudah seperti sahabat. Tapi, ya gue sering denger kalau gak ada persahabatan murni antara cowok dan cewek. Pasti salah satu dari mereka menyimpan perasaan. Lalu siapa di antara kita yang menyimpannya?
Entahlah. Gue dan Sarga gak pernah membahas hal itu. Dan kalau gue ditanya apakah gue nyaman bersama dia. Iya, gue nyaman. Apakah gue takut kehilangan dia? Jawabannya iya. Jadi apakah gue punya perasaan lebih dari sekadar teman pada Sarga? Hmm, mungkin bisa dibilang iya juga. Tapi gue masih nyaman dengan pertemanan kita yang sekarang tidak lebih dari itu. Gak tahu lagi gimana dia.
"Gi, gimana?" Tanya Sarga.
"Ha? Gimana apanya?" Tuh, kan gue lebih sering nglamun kalau lagi sama dia. Padahal orangnya udah ada di depan gue ngapain masih gue pikirin kemana-mana. Aneh kan?