Aku berjalan menyusuri lorong itu, di sanalah aku bisa melangkahkan kaki dengan penuh keyakinan tanpa harus di penuhi oleh rasa takut dan cemas.
Di sana, terdapat sebuah gerbang yang sangat bercahaya.
Aku melangkah ke arah gebang.
Dan setelah aku masuk kedalam gerbang itu, aku tak tau lagi apa yang terjadi.
Semua gelap.
Semua ini terjadi seakan-akan aku berada dalam mimpi.
"Gina, bangun, Nak! Kamu kenapa? Ayo, bangun!" ucap mamah dengan khawatir, sambil menggoyang-goyangkan tubuhku.
"Mamah?!" kejutku
"Syukurlah, kamu sudah sadar." ujar mamah dengan nada sedikit tenang.
Aku bingung, kenapa aku tiba-tiba ada di rumah?.
Apakah karena gerbang itu?
Yap.
Gerbang itu, telah membawaku di posisi yang sekarang.
"Gina, aku menemukanmu pingsan di halte. Jadi, aku membawamu ke rumah, aku takut kamu kenapa-kenapa." jelas Reyhan sambil memasang wajah khawatir.
"Ah! sudahlah. Aku tidak apa-apa. Oh iya Rey, Kevin bersamamu?" tanyaku sambil mengalihkan pembicaraan.
"Aku menemukanmu tanpa Kevin. Tapi tadi aku sudah mengabarinya tentang hal ini." jawab Reyhan.
Tubuhku sangatlah sakit, mataku perih.
Namun, kakiku berjalan kearah sebuah ruangan yang membuat diriku ini bisa beristirahat.
"Perjalanan yang sangat melelahkan!" keluhku.
Aku menghempaskan tubuhku ke atas kasur.
Perjalanan tadi membawaku menemukan rasa sakit.
Kulitku.
Bagaikan kayu yang rapuh.
Tulangku.
Bagaikan ranting yang patah dan terbakar menjadi abu.