Mentari telah menunjukkan wujudnya.
Serta sinarnya membawaku untuk ikut bangun, layaknya mentari pagi. Aku terbangun dari tidurku.
Pagi ini entah mengapa, aku merasa lebih semangat dan bergairah.
Aku sudah siap dengan penampilanku.
Meja makan dan ruangnya telah menungguku untuk duduk dan hadir di sana.
Hening.
Nikmat.
Hanya suara gesekan pisau yang terdengar.
Aku mulai memecah keheningan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada mamah.
"Mah, Gina boleh nanya, gak?"
"Boleh, ada apa?" jawab mamah sambil menikmati sandwich-nya.
"Mah, akhir-akhir ini aku ngalamin hal-hal aneh!" ujarku sedikit ragu.
"Aneh bagaimana?" sahut mamah
"Aku diteror!" jawabku sambil berbisik.
"Hah! Kamu diteror?" ucap mamah yang seakan tak percaya.
"Dia datang dan mengangguku, dia bilang keluarga Fransisco akar dari semuanya!" jelasku dengan nada serius.
"Keluarga Fransisco?!" sambung mamah.
"Kenapa keluarga kita?" tanya mamah dengan penasaran.
"Mamah mau bantu aku, 'kan?" tanyaku dengan memasang wajah berharap.
"Pasti!" jawab mamah dengan yakin.
"Tapi kita harus tutupi ini semua dari papah. Gimana? Bisa, 'kan?" sambung mamah.
"Pasti!" jawabku dengan antusias.
Sebenarnya aku ingin tau, mengapa papah tidak boleh tau mengenai hal ini?