Dryades

Elisabet lionita alexander
Chapter #2

Chapter 2 - Mezzaluna

Sesaat ia tidak menyadari dirinya berada dimana.

*Tunggu sebentar, ini bukan kamar-ku.* Ia merasakan kasur yang sangat empuk dan menggunakan cover berwarna putih. Interior kamar itu pun sangat sederhana namun elegan. Ada beberapa lukisan bunga dan padang bunga seperti di memori-nya. Tepat di sebelah kasur tempat ia berbaring ada sebuah jendela yang langsung menghadap ke arah danau yang sangat biru. Jendela tersebut cukup terbuka untuk angin yang masuk agar tetap sejuk. Tak jauh dari kasur, Edith melihat sebuah lemari yang berisi pakaian berwarna pastel. Lemari tersebut sangat unik, memiliki ukiran berlikuk-likuk seperti akar pohon. Ia pun terbangun dan sadar bahwa ia menggunakan pakaian yang berbeda dari sebelumnya. Sekarang ia hanya menggunakan gaun tidur putih yang panjang sampai mata kaki dan sangat halus. Ia berdiri dan mendekat ke cermin untuk melihat seberapa kacau dirinya sekarang.

”AAAAAAAHHHH!!!!!!”, jerit Edith

Seketika seseorang yang tidak pernah di lihat Edith masuk ke dalam kamar tersebut.

”Nona? NONA ANDA SUDAH BANGUN! Nona tidak apa-apa? Nona tahu, betapa khawatirnya Ibu dan Ayah nona? Nona sudah tidak sadar hampir tiga hari.”, tanya perempuan itu dengan nada khawatir dan lega.

”......”, Edith pun terhening dengan raut bingung.

“Anda siapa?”

”Saya berada dimana sekarang?” , tanya Edith.

Wanita tersebut terpanah dan terpaku mendengar pertanyaan tersebut. Ada raut sedikit panik dan heran di wajah nya. Setelah dilihat dengan seksama, Ia tergolong wanita yang cantik dengan rambut berwarna merah muda dan wajah yang putih namun ada beberapa bintik komedo di sekitar hidung. Ia memiliki mata yang berwarna hijau dan dengan tubuh yang proposional. Pakaian yang di kenakan pun terlihat rapih dengan gaun Berwarna hitam putih dan kain untuk menutupi rambut.

”Maaf atas kelancangan saya Nona, saya adalah Lena. Saya yang mengurus Nona sejak kecil.”, jelas Lena.

“Tunggu sebentar Nona, saya panggilkan Ayah Nona.”, dia berkata dengan sangat cepat dan berlari keluar ruangan.

*aku berada dimana sekarang? Dan lagi kenapa muka ku sekarang menjadi seperti ini. Sangat berbeda*, pikir Edith.

Jika dideskripsikan, Edith yang dulu memiliki warna rambut keemasan dan mata hitam dengan sedikit biru tua. Wajah yang bersih dan bibir yang tipis, serta kuping nya yang sedikit lancip di ujung. Tinggi Edith sekitar 170 cm dan sedang berbadan dua. Ia tergolong cukup proposional walau sedang mengandung. Tetapi, ia yang sekarang seperti berumur 8 tahun dan memiliki rambut coklat namun tetap dengan mata hitam biru tua lamanya. Wajah nya tetap bersih tetapi bibir nya membentuk lekuk yang bagus dan penuh. Warna merah muda yang merona dan natural. Dan lagi kuping nya berbeda dari sebelumnya, tidak ada point lancip sama sekali.

Setelah cukup sadar, Edith pun menjadi sedih memikirkan nasip bayi yang baru di kandung-nya itu menghilang. Ia bingung apakah ini mimpi atau memang ia sudah meninggal dan ada di tempat lain. Saat ia sedang melamun ada suara kencang datang dari pintu.

”ASHLIN !! ASH!!”, terdengar suara lelaki dewasa dari luar pitu dan berlari masuk ke dalam kamar.

Sembari memeluk ia berkata, “ash...my little baby, akhirnya kamu sadar. Kamu tahu betapa sedih nya Ayah saat tahu kamu tiba-tiba pingsan dan tidak bangun selama tiga hari. Ayah pikir kerjadian yang menimpa Almarhum Ibu mu akan terulang, baby”.

Aku merasakan ketulusan dari ucapan orang yang menjadi “Ayah”Ku saat ini. Aku melirik ke arah Lea, yang memperkenalkan diri sebagai seseorang yang merawatku sejak kecil atau disebut sebagai Nanny, ia pun tersenyum kecil dan sedikit terharu namu ia dengan cepat menghilangkan emosi itu seketika.

Lihat selengkapnya