RUANG TUNGGU DI ANTARA WAKTU
Entah harus dari mana kuceritakan kisah ini. Apakah harus kumulai dari permulaan setiap terciptanya makhluk atau sejak nama-nama telah dikenalkan pada manusia pertama, Adam. Tidak, tidak, di Ruang Tunggu ini aku sedang mengingat seorang manusia yang bercengkrama dengan segala macam makhluk. Seorang manusia itu telah mengenalkanku bagaimana rasanya menjadi manusia.
Awalnya, aku tak pernah mengira hal semacam ini akan terjadi. Aku terbiasa mengetahui segala sesuatu dalam sekali berkedip. Namun, hari itu tiba – sebuah anomali besar dalam kehidupan ini tercipta. Di antara semua ruang-ruang yang mencatatkan waktu ketika selembar Lauhul Mahfudz menemukan kekosongannya – segumpal darah terjatuh di Shaqkala. Milik siapa? Padahal, biasanya yang seperti ini akan berakhir di Ruang Daur Ulang penciptaan. Mereka yang gagal mempertemukan sel sperma dan sel telur akan dikembalikan kepada cahaya.
Namun, anomali ini telah menuntunku untuk menganggap segala hal yang biasa, segala yang kurasa dapat kuketahui, nyatanya memiliki lubang-lubang misterinya. Iya, aku akan bercerita tentang ini saja.