"EH, ternyata kamu sudah berada di sini sedari kecil? Kukira, kamu pendatang juga." Althea memekik setelah Nichole mengungkapkan fakta kalau dia adalah murid dari SMA Yohans Biru. Lebih tepatnya, Nichole sudah berada di sana selama dua semester, dan Althea benar-benar tidak tahu. Dia terlalu sibuk dengan sekolah dan toko bunga yang mesti dijaganya, sehingga dia tidak melihat sekeliling atau sekadar mencari teman online-nya.
Althea bukan warga asli Yohans, dan dia sudah tinggal di sini selama setahun. Menumpang di rumah saudaranya.
"Bukan, kok. Setelah masuk kelas tiga SD, aku resmi jadi warga sini. Di sini indah dan nyaman." Lawan bicaranya berkata sambil melihat sekeliling. Kedai seblak prasmanan yang menjadi tempat tongkrongan mereka kian ramai oleh anak-anak sekolahan. Rombongan ibu-ibu dengan baju dinas kecokelatan juga ikut datang. Mengantri sambil menatap bahan-bahan mentah seblak yang hendak mereka ambil.
Para pengunjung yang kebanyakan berjenis kelamin perempuan perlahan mulai mendominasi, menguasai meja lesehan beralaskan tikar anyaman dengan campuran warna hijau, merah, dan kuning.
Pandangan Nichole lantas menelisik ke sebelah kiri, ke arah Danau Yohans yang luas dengan gunung hijau menjulang di kejauhan sana. Langitnya amat biru dengan awan-awan yang bergerak lamban. Angin sepoi-sepoi juga turut menyertai pemandangan ini. Membawa kesan sejuk dan damai.
"Oh iya, mengenai pembicaraan kita di WhatsApp beberapa waktu lalu, gimana tulisanmu? Apakah lolos terbit?"
"Aish!" Althea merengut. Bibirnya dia angkat sebelah. Nichole terdiam, merasa salah bicara. "Ke-kenapa?"
"Aku ditolak, ih! Sebel!" Althea menutup wajahnya dengan kedua tangan. Pandangannya menunduk. Nichole jadi merasa bersalah, sedikit. "Uh ... aku udah baca semua babnya dan ceritamu bagus, kok. Kenapa mereka nolak, ya?" Nichole berpura-pura bingung. Dia tidak bisa berterus-terang kalau memang ada beberapa kesalahan dalam penulisan Althea. Typo yang bertebaran, kalimat rancu tidak sesuai EYD V, karakterisasi hancur, dan alur yang dieksekusi dengan kurang baik. Nichole begini karena dia pernah menjadi penulis dan pernah mengikuti berbagai macam event. Wajar, kalau dia tahu semua itu. Hanya saja, dia tidak cerita.
"Mungkin karena pembaca zaman sekarang lebih suka cerita tentang CEO, bad boy, nikah muda, geng motor, dan beberapa trope pasaran lainnya! Masa aku yang penulis fantasi, mystery/thriller, dan crime ini harus ikut pasar mereka, sih!"
Lah? Malah nyalahin pasar .... Nichole menatap gadis ini datar. Dia meminum es tehnya sampai kemudian seorang gadis dengan kerudung biru, kaos hitam, dan celana olahraga hitam menghampiri meja mereka. Membawa seblak yang sebelumnya sudah mereka pesan.
Nichole tersenyum, mengucapkan terima kasih pada gadis muda yang hanya beberapa tahun lebih tua darinya. Nichole menatap seblaknya yang mengepul mengeluarkan asap tipis. Dia mengaduknya, menguarkan asap tipis lebih banyak di kuahnya yang amat merah juga memperlihatkan beberapa kerupuk layu dengan beberapa toping seperti jamur enoki, dumpling keju, ceker, dan tiga buah sosis merah panjang yang telah dipotong serong. Althea juga melakukan hal yang sama—mengaduk mangkuk seblak. Hanya saja, kuahnya tidak semerah Nichole, dan topingnya juga lebih banyak dari gadis itu. Bakso kecil dan besar lebih mendominasi di mangkuknya.
"Enak!" Althea memekik begitu dia menyesap sesendok kuah seblak. Nichole tersenyum ke arahnya. "Iya, 'kan? Aku selalu ke sini seminggu sekali. Perpaduan kunyit dan rempahnya terasa, juga kuahnya yang gurih dan enak. Topingnya murah, dan tempatnya nyaman, sejuk, dan asik," ucap Nichole. Dia memasukkan kerupuk layu dengan kuah ke dalam mulutnya.
Althea terdiam. Lumayan terkejut melihat bagaimana Nichole makan. Asap masih mengepul di sendoknya saat itu, dan Nichole langsung memasukannya ke mulut begitu saja, tanpa meniupnya terlebih dahulu.
"Wah, berarti enak, dong. Kamu bisa ke sini setiap hari." Althea terkekeh. Enggan berkomentar perihal cara makan Nichole yang menurutnya asing. "Cuma seminggu sekali, kok. Kalau ke sini setiap hari, bakal sering kena tegur sama Ibu, ahahahaha," balas Nichole.