Dua Dunia Fiksi

Dreamerity
Chapter #4

4. A Boy Who Joined Club Library

SEKIRANYA, ada sembilan orang di klub perpustakaan yang berkumpul di pendopo yang terletak di taman belakang sekolah. Ada dua pendopo di belakang sekolah. Kedua pendopo ini memiliki empat tiang kayu dengan masing-masing bagian atasnya tertutup bunga-bunga mawar putih yang tumbuh menjalar ke atas. Tumbuh indah dengan beberapa batang mawar yang melilit empat tiang di masing-masing pendopo.

Pendopo yang satunya lagi ditempati oleh dua belas orang yang juga termasuk ke dalam klub perpustakaan. Dua belas orang ini sedang sibuk membaca buku. Berbeda dengan sembilan di orang lainnya yang malah sibuk memeluk buku.

Althea ada dalam kumpulan sembilan orang itu. Dia mencuri pandang ke pendopo sebelah. Dilihatnya, Raiden sedang membaca buku keluaran lama yang telah usang sampulnya. Dia meminjamnya di perpustakaan. Tepat, setelah dia memutuskan bergabung ke klub ini.

Althea menyikut Selly. Sesekali menatap Raiden masygul. "Dia gabung ke sini?" tanya Althea, berbisik. Bohong kalau dia tidak penasaran.

Meski masa lalu sudah berlalu, nyatanya Althea masih ingat kalau Raiden bukan tipe orang yang suka membaca. Pernah dahulu, lelaki itu mengejeknya karena sering membaca buku novel—saat Althea memiliki hubungan spesial dengan lelaki itu. Tuturnya, membaca buku hanya buang-buang waktu dan tenaga. Namun sekarang, tampaknya Raiden telah menelan tahinya sendiri.

Selly mengangguk. "Ya, katanya literasinya jelek dan butuh perbaikan. Makanya dia masuk ke sini." Selly balas berbisik sambil mengendikkan bahunya.

Althea melirik lelaki itu dengan senyum masam. Kemudian, pandangannya beralih ke buku yang dipeluknya. Mencegah Selly atau yang lain mengintip.

Tidak boleh ada yang tahu perihal sampul atau judul buku yang hendak mereka ulas. Sengaja, karena tradisi one week, one book yang selalu diadakan setiap Minggu di klub perpustakaan ini memang selalu mengusung konsep kejutan. Tujuannya, agar para pengulas lain penasaran dan kegiatan pun mengulas pun jadi antusias dan meriah. Selain itu, semua anggota klub diperkenankan untuk mengulas buku apa saja. Entah itu fiksi atau non fiksi, komik, biografi, buku pelajaran, atau buku resep sekalipun boleh. Yang penting mereka baca, dan bacaannya harus sesuai dengan rate dan usia mereka.

Sembilan orang ini, tujuh puluh persen memegang buku novel dengan berbagai ketebalan, genre, dan sampul. Sisanya, buku non fiksi yang sedang populer di sosial media.

"Siap semuanya?" Adinata, ketua klub perpustakaan bertanya. Delapan orang lainnya mengangguk termasuk Althea dan Selly. Dengan kompak, semuanya pun langsung menaruh bukunya ke meja, dan dengan kompak pula, mereka menjerit kesenangan (mayoritas perempuan) karena beberapa dari mereka rupanya ada yang mengincar buku yang sudah dibaca oleh teman yang lain. Tradisi one week, one book memang selalu heboh seperti ini.

"Ck, ei! Jangan berisik-lah!" Kiano yang berada di pendopo sebelah mengingatkan dengan tegas. Menatap sembilan orang itu tajam sambil membaca komik keluaran terbaru.

Tidak hanya dia, orang-orang yang juga sedang membaca pun kompak mengernyitkan kening. Merasa terganggu dengan jeritan antusias yang sebenarnya tampak menggoda itu. Sebenarnya, mereka juga ingin bergabung bersama sembilan orang itu, tetapi, apa daya, bacaan mereka masih belum selesai.

Adinata selaku ketua meminta maaf, dan menyuruh para pengulas untuk tertib.

"Ini recommended banget, 'kan? Iya, 'kan? Iya, 'kan?" tanya Althea, sambil menunjuk buku dengan gambar ilustrasi wanita cantik yang sedang membelakangi dengan rambut panjang dan pohon Willow yang ada di kanan-kirinya.

Althea menginginkan buku itu. Buku itu selalu berseliweran di sosial medianya. Para bookstagram bahkan pengulas jujur berjempol tajam sekalipun mengakui bahwa buku ini amat sangat bagus.

Temannya yang berkerudung putih itu, Anisa, sekaligus pemilik buku mengangguk sambil tersenyum. Dua jempolnya dia angkat. "Banget, banget, banget."

Mendengarnya, Althea jadi semakin ingin memiliki buku itu. Karena Anisa adalah pemiliknya, dia pun meminta izin. "Setelah ini aku pinjam boleh, nggak?"

"Kalo seandainya ini buku aku, pasti aku pinjemin, Al. Tapi sayangnya, aku minjem ini di perpustakaan Yohans Barat."

Lihat selengkapnya