DUA HATI

Rizki Ramadhana
Chapter #3

Dina dan Dunianya

Kantor yang didekorasi dengan begitu telitinya. Wewangian ditebar dimana-mana. Ia selalu menimbulkan kesan berbeda dari orang lain. Ia memang istimewa. Ia bukan orang biasa.

“Bu Dina, ada rapat kordinasi dengan customer.”

“Saya yang harus hadir?”

“Mereka minta langsung bicara dengan ibu.”

“Nggak ada yang bisa menghandle?”

“Mereka hanya mau bicara dengan Ibu.”

“Sigh, ya sudah.”

Dina memasuki ruangan rapat itu dan semua orang menghentikan pembicaraan masing-masing. Ia menatap tajam ke arah customer dan supervisor-supervisornya. Tidak ada yang berani melawan tatapan matanya. Tidak seorangpun.

Semua menunggu hingga Dina menduduki kursinya. Pembicaraan dimulai dengan suasana tegang. Ia membela departemennya dari komplain-komplain itu. Namun ia juga menatap tajam ke arah supervisor-supervisornya. Mereka yang ditatap merasa tertelanjangi. Dina memang mati-matian membela mereka didepan customer, namun setelah itu? Di belakang ini semua akan menerima akibatnya.

Rapat berakhir, ia menyalami semua customer. Lalu mata indah itu melirik para manajernya.

“Ke ruangan saya, sekarang.” Dina pun berlalu dengan dinginnya.

Semua supervisornya saling berpandangan.

***

“Dee, mau pulang?” Dina menengok. Re tampak baru kembali dari suatu tempat.

“Dari mana kamu?” Dina balik bertanya.

“Biasalah, rapat. Kamu mau pulang?” ulang Re.

“Sebentar lagi, duluan saja kalau kamu mau duluan.”

“Nggak kok. Aku mau bikin plan dulu.”

“Aku sudah nggak ada kerjaan sebenarnya. Cuman capek hati saja.”

“Ada apa?” Re mengikuti Dina masuk ke ruang kerja perempuan itu.

“Biasalah, kunyuk-kunyuk itu mentang-mentang customer. Mereka bisa langsung komplain ke Direktur. Padahal di tempat asalnya? Paling-paling tukang kunci.”

Re tersenyum.

“Itulah. Customer adalah raja. Itu yang mereka manfaatkan.”

“Exactly, Re! I’m getting sick to all of this.”

“Aku pikir gini ya, Dee. Sekarang kita ambil decision sendiri saja. Jangan mau disetir lagi.”

“Tapi harus kamu ingat, laporan mereka langsung ke Direktur Utama.”

“Bullshit! Direktur Utama nggak ngerti apa-apa, Dee. Kamu tahu itu. Cuma kita yang tahu lapangan. Dia sih asal terima laporan, beres.”

Lihat selengkapnya