DUA HATI

Rizki Ramadhana
Chapter #4

Kehidupan Dina

Dina mengakhiri ritual belanjanya di bagian buah-buahan. Ia lalu menuju meja kasir. Jumat malam membuat supermarket ini dipenuhi orang-orang yang berniat membeli keperluan akhir pekan mereka. Antrean di lini meja kasir cukup panjang. Tapi Dina sudah tidak berniat berkeliling lagi.

Bisakah ia memarkir dulu kereta belanjanya dan pergi ke restoran sebelah untuk membeli makan malam? Ia sempat berpikir demikian namun mengurungkannya. Alih-alih mengurangi, antrean justru bisa semakin panjang mengingat semakin malam justru tempat ini semakin banyak didatangi pengunjung.

Beberapa anak muda baru saja memasuki supermarket. Sepertinya mereka adalah sekelompok mahasiswa dan mahasiswi perantauan yang hendak belanja bulanan. Terlihat jelas kupon-kupon belanja yang mereka pegang.

Tanpa terasa ternyata tinggal satu orang lagi di depannya. Seorang ibu paruh baya yang membongkar kereta belanjanya di depan kasir. Ibu itu berbelanja sendirian, padahal dari penampilannya ia sudah berusia akhir 40-an. Mengapa ia berbelanja sendirian, pikir Dina. Kemana suaminya, anaknya, atau tidakkah ia didampingi seseorang?

Tidak.

Dina sedikit berpikir jika seandainya dirinya sudah berusia seperti ibu di depannya itu mungkin ia pun akan demikian. Berbelanja sebanyak itu sendirian tanpa didampingi siapapun. Tapi ia cepat-cepat mengenyahkan pikiran itu. Semua kesibukannya sudah mengalihkan dunianya dari hal-hal semacam itu. Rapat-rapat yang panjang setiap hari yang bagi sebagian besar orang pasti sangat membosankan, serta kasus-kasus yang membutuhkan pemikiran-pemikiran kritis sudah menyita waktu dan energinya. Di luar itu ia mengalokasikan waktunya untuk beristirahat. 

Ia tidak lagi sempat menyeriusi untuk membagi kehidupannya.

Akhirnya acara belanjanya pun usai. Dina berjalan menuju tempat parkir untuk mengambil mobilnya. Ketika sampai di luar ia kembali mendapati sekelompok mahasiswa dan mahasiswi yang dilihatnya di supermarket tadi. Lima orang diantara mereka tiga laki-laki dan dua perempuan. Ia dapat melihat diantara pria-pria itu ada yang berusaha menggoda salah satu perempuan. Mengajak bicara dengan gerak tubuh yang menginginkan kedekatan, ia hafal hal seperti itu. Ia pun pernah menjadi mahasiswi.

Ia membatalkan rencananya membeli makanan di restoran sebelah supermarket tadi. Diputuskannya ia akan memesan lewat layanan delivery saja. Ia ingin segera sampai ke apartemennya dan melepas semua penatnya hari ini.

Waktu untuk dirinya sendiri adalah yang dibutuhkannya sekarang. Ia menyusuri jalan yang lumayan padat. Dilewatinya lalu lintas dengan perlahan sambil membayangkan apa yang akan ia lakukan sesampainya di tempat tinggalnya. Satu yang jelas adalah ia ingin beristirahat.

***

Lihat selengkapnya