Sebuah pesta pernikahan. Re baru saja masuk usai mengisi buku tamu. Ia naik ke pelaminan dan menyalami para mempelai serta orangtua mereka.
“Hola!” seseorang menepuk pundak Re saat ia sedang mengantre prasmanan.
“Ah, sudah kuduga!” Re tersenyum saat mendapati wajah Dina tersenyum.
“Sendirian?” tanya Dina.
“Iya, kamu?”
“Sama.”
Mereka mengambil makanan dan pergi ke pojok ruangan untuk mengobrol dan memperhatikan orang-orang di pesta itu.
“Kamu lihat om-om itu, Re? Arah jam satu. Istrinya suka belanja tanpa kendali pakai kartu kreditnya. Sekarang dia banyak hutang, padahal sebentar lagi pensiun.”
“Hm?” Cuma itu tanggapan Re, ia sudah hafal kemampuan Dina menganalisis orang.
“Lihat cewek cantik arah jam sepuluh. Mungkin kamu nggak nyangka, tapi dia udah bersuami. Dan kamu tahu? Suaminya berumur 30 tahun di atas dia.”
“Eh? Jangan-jangan...”
“Hmhm.” Dina mengangguk. “Gold digger.” Tegasnya.
“Kayaknya kalau aku mau cari jodoh tinggal tanya kamu ya? Kamu pasti bisa nentuin mana yang cocok apa nggak.”
“Cari dulu jodohnya, baru bilang aku.” Balas Dina.
“Sialan! Harusnya kamu bilang itu ke diri kamu juga.”
“Aku kan nggak bilang mau cari jodoh.”
Mereka tertawa.
“Makan lagi yuk.” Kata Dina.
“Mana lagi yang belum?”
“Tuh, dimsum.”
“Masih ramai. Cari yang lain.”
Mereka pun berkeliling. Orang yang tidak mengenal mereka tentu akan mengira Dina dan Re adalah sepasang kekasih. Sepanjang pesta mereka selalu bersama, mengobrol dengan asyiknya sampai tertawa terbahak-bahak. Sejumlah pasangan yang ada di sana, baik orang-orang yang berpacaran bahkan suami-istri, memandang iri kepada keasyikan mereka berdua.
Sementara Dina dan Re tampak tidak peduli akan sekitar mereka. Ketika mereka berdua sudah mengobrol, dunia sekitarnya seakan tidak ada.
DINA
Perempuan itu masih berkutat di depan komputernya. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam ketika itu. Ketukan terdengar di pintu ruangannya.
“Masuk.” Jawabnya, meskipun sudah tahu siapa yang mau berkunjung di waktu ini.
“Belum mau pulang?” Re masuk ke ruangan itu.
“Hai, nanti saja.”
“Aku duluan ya?”
“Oke. Eh, besok kamu keluar kota ya?”
“Ya, sampai lusa.”
“Kamu beruntung. Aku kok akhir-akhir ini nggak pernah kemana-mana. Agak pengap juga disini terus.”