2010
Setelah memarkir mobilnya di basement, ia segera menuju lift untuk naik ke ruangannya.
Maka sesampainya di dalam pun ia pun langsung menekan tombol lantainya. Namun ternyata lift itu harus berhenti sebelum mencapai lantai yang ditujunya.
Seorang perempuan dengan rambut diikat seperti ekor kuda masuk dan hendak menekan tombol lantai. Namun urung, ia melihat nomor lantai itu sudah menyala. Hanya ada Re dan perempuan itu di dalam lift. Tatapan mereka beradu. Re mencoba ramah dengan tersenyum, perempuan itu membalas senyumnya. Mereka nyaris tak bersuara, namun seperti ada angin yang meniupkan aroma diri perempuan ini kepada Re. Perempuan itu hanya berdiri terpekur menatap nomor lantai yang ditunjukkan lift itu.
Sekian lama waktu berlalu, terasa begitu lama sekali disana. Re seperti mematung, begitu juga perempuan itu seperti membeku. Ketika lift mencapai lantai mereka, Re membiarkan perempuan itu keluar terlebih dahulu. Perempuan itu mengangguk sambil berterima kasih sambil menatap Re. Re menatap mata itu, cukup lama. Namun perempuan itu sudah berpaling dan keluar dari lift.
Re sedikit terkesiap. Sambil berjalan ke arah ruangannya, ia mengawasi perempuan yang berjalan di depannya itu. Mendadak perempuan itu menghilang di belokan lorong. Re menghentikan langkahnya.
***
Esok harinya saat memasuki istirahat siang, Re baru saja mengunci pintu ruangannya ketika Vina, salah satu rekannya, melintas.
“Siang,” Sapa Re.
“Siang Pak, mau kemana nih?”
“Ke toko buku, siapa tahu ada novel baru. Kamu mau keluar?”
“Iya, mau jalan-jalan ke mall.”
“Sendirian?”
“Iya Pak. Eh, Bu Dina, selamat siang.” Vina melihat ke arah kiri. Re menatap orang yang dilihat Vina.
Ternyata perempuan yang bertemu di lift dengannya kemarin. Mereka bersalaman.
“Oh, iya kemarin kita ketemu di lift kan?” kata Dina.
“Iya, saya dari departemen jaminan mutu.” Jawab Re.
“Oh.” Dina hanya tersenyum.
“Pak Re ini pelaksana tugas supervisor rekayasa mutu, Bu.” Jelas Vina.
Re tersenyum dan mengangguk.
“Oooh, Sepertinya kita akan banyak bekerjasama.” kata Dina.
“Iya,” jawab Re
“Bu Dina mau ke mana?” tanya Vina
“Saya mau ke toko buku. Searah kan? Bareng aja yuk? Pake mobilku.” ajak Dina.
“Boleh, pakai mobilku saja, nanti sekalian kuantar.” Kata Vina
“Eh jadi nggak enak nih, malah ngerepotin.” Timpal Dina.
“Nggak apa-apa, daripada sendirian lebih baik bertiga.” Jawab Re.
“Banyak amat beli bukunya.” komentar Vina di restoran ketika mereka makan siang.
“Iya dong, bagus-bagus lho.”
“Eh, bukunya bagus-bagus.” Kini Dina yang berkomentar ketika melihat Re mengecek belanjaannya.