DUA HATI

Rizki Ramadhana
Chapter #19

Dilema Dua Hati

"Kenapa kamu tampak melamun hari ini?" tanya salah satu rekan kerja Dina ketika mereka duduk bersama di ruang istirahat. Dina tersentak, menyadari bahwa pikirannya telah melayang jauh. Ia segera tersenyum kecil dan menggelengkan kepala, berusaha menyembunyikan kebingungan yang sedang berkecamuk dalam dirinya.


“Ah, nggak apa-apa. Aku cuma kepikiran soal pekerjaan,” jawab Dina, meski dalam hati ia tahu itu bukan alasan sebenarnya.


Dina menyadari bahwa akhir-akhir ini pikirannya selalu dipenuhi oleh Re. Setiap kali mereka berbicara atau ketika dia mendengar tentang masalah yang sedang dihadapi Re dengan Hanna, perasaan tak menentu muncul dalam dirinya. Perasaan cemburu, tetapi juga rasa sayang yang selama ini tak pernah dia sadari. Dina mulai memahami satu hal: ia jatuh cinta pada Re.


Namun, saat Re berbicara tentang kesulitan hubungannya dengan Hanna, Dina merasa terjebak dalam dilema yang sulit. Apakah ia harus mendekatkan diri pada Re? Mengungkapkan perasaannya? Atau lebih baik dia tetap menjadi sahabat yang mendukungnya dari kejauhan, tanpa menambah beban yang sudah ada?


Pikiran-pikiran itu semakin membuat Dina bingung. Ia tidak ingin membuat situasi semakin rumit, tapi setiap kali melihat Re menderita karena masalahnya, ada dorongan kuat untuk lebih dekat dengannya, untuk menawarkan dukungan yang lebih dari sekadar teman.


***


Hari itu, Re menghampiri meja Dina di jam istirahat siang, seperti biasa. Namun, kali ini ada sesuatu yang berbeda dalam raut wajah Re. Matanya tampak letih, seolah-olah ia tidak tidur semalaman.


“Hai, Dina. Kamu punya waktu sebentar?” tanyanya dengan suara rendah, hampir seperti berbisik.


Dina mengangguk, meskipun hatinya berdegup kencang. "Tentu, Re. Apa yang terjadi?" Ia bisa merasakan ada sesuatu yang ingin disampaikan Re, sesuatu yang mungkin membuat hatinya semakin tidak karuan.


Mereka berdua duduk di kantin kantor yang sepi, jauh dari keriuhan rekan kerja lainnya. Re terlihat gelisah, memainkan cangkir kopinya tanpa benar-benar meminumnya. Dina menunggu, memberinya ruang untuk memulai.


"Aku nggak tahu harus mulai dari mana," kata Re akhirnya, setelah beberapa detik terdiam. "Aku merasa semakin terjebak. Hubungan aku dan Hanna... ini semakin sulit."


Dina merasakan jantungnya mencelos. Meskipun ia tahu bahwa Re dan Hanna sedang mengalami masalah, mendengarnya langsung dari mulut Re membuat perasaannya semakin kacau. "Apa yang membuatmu merasa begitu, Re?" tanyanya lembut.


Lihat selengkapnya