Mata pelajaran berikutnya adalah Sirkuit Sihir yang akan diajarkan oleh Pak Roby yang terkenal galak dan tanpa toleransi terhadap siswa siswi dikelasnya. Guru yang sudah tidak memiliki rambut dikepalanya itu tak jarang dijadikan bahan olokan murid-muridnya yang tentu saja dilakukan di belakang Pak Roby. Jika ada yang berani melakukan hal tersebut di depannya maka bisa dipastikan hanya ada dua kemungkinan. Pertama murid tersebut sudah tidak waras dan yang kedua murid tersebut memiliki nyali yang besar.
“Sihir tak ubahnya arus listrik yang bisa mengalir dari satu tempat ke tempat lain, dan disinilah sirkuit sihir berperan penting”
“Kita tahu tak semua media bisa menampung tenaga sihir yang kita keluarkan dan tak jarang terjadi ketidakefisienan tenaga yang dikeluarkan. Dalam hal ini sirkuit sihir dibuat untuk mempermudah aliran-aliran sihir tersebut’.
“Pada masa penggunaan sihir kuno, sirkuit sihir ini sering kali dibuat menggunakan darah ataupun benda-benda perak yang merupakan media yang paling baik dalam penyaluran sihir” lanjut Pak Roby.
Tiba-tiba salah seorang siswa yang bernama Danan mengangkat tangannya seraya bertanya,
“Lalu apakah darah perawan memiliki efek yang paling baik pak? Karena kita tahu banyak sekali sejarah yang mengatakan bahwa darah perawanlah yang dibutuhkan untuk membuat sirkuit sihir” tanyanya.
“Hal tersebut memang benar adanya. Bahkan sudah dilakukan berbagai penelitian yang menunjukkan hal serupa, namun para ilmuan masih belum mengetahui apa penyebabnya”.
“Wuiiihhh” para murid lelaki dikelas tersebut tampak nyengir-nyengir kuda sambil sesekali melihat ke arah lawan jenis mereka. Maklum saja gejolak darah muda didiri mereka tentu tidak bisa dihindari begitu saja. Mendengar kata perawan tersebut sensor diotak mereka langsung bekerja tak ubahnya saat siswa-siwa SMP yang tengah mempelajari BAB Reproduksi.
“Semuanya tenang!!!” Pak Roby mulai menaikkan volume suaranya padahal kebisingan dikelas tersebut masih dalam taraf yang bisa ditoleransi oleh guru-guru yang lain.
“Rabel... Rabel” bisik Alpha berusaha memanggil Rabel. Awalnya Rabel berusaha mengacuhkan panggilan Alpha dan berpura-pura tidak mendengarnya. Namun semakin diacuhkan Alpha malah makin gencar memanggil namanya dengan volume yang semakin dikuatkan. Karena tidak mau cari masalah dan ditegur Pak Roby, Rabel pun menyerah dan mengalihkan pandangannya kepada Alpha.
“Ada apa?” tanya Rabel singkat padat dan jelas.
“Apakah tidak ada sihir yang bisa menumbuhkan rambut?” tanya nya.
“Pfffttt” candaan Alpha tersebut sepertinya cukup berefek pada Rabel yang membuatnya harus menutup mulut menahan tawa. Dia tahu maksud pertanya Alpha tersebut adalah untuk menyindir guru botak yang tengah mengajar didepan mereka itu.
“Hei hei... mungkin sirkuit penumbuh rambut dikepala Pak Roby sudah rusak” lanjut Alpha. Dia tidak sadar jika kalimat tersebut diucapkannya lebih kuat dibandingkan kalimat yang pertama. Dan sialnya sepertinya Pak Roby sangat peka dengan kalimat berbau rambut dan botak, mendengar kata Alpha barusan dia langsung angkt bicara.
“Rambut siapa yang kalian bicarakan?” tanya Pak Roby dengan galaknya. Tampang angker yang ditunjukkannya akan membuat tubuh siapapun yang melihatnya secara refleks akan bergetar karena ketakutan.
“A.ano..... Rambutan pak” jawab Alpha asal berharap guru tersebut bisa dikelabuinya. Mendengar jawaban tersebut Pak Roby makin menatap angker ke arah Alpha karena dia tahu jawaban tersebut adalah jawaban asal dan kalimat sebelumnya jelas-jelas mengarah kepadanya.
“Kamu Berdiri”
“Tapi pak...”
“Berdiri” Untuk kedua kalinya Pak Roby menyuruh Alpha untuk berdiri namun tetap tidak dilakukan oleh Alpha.
“Kamu mau berdiri sendiri atau saya paksa berdiri?” sebuah kalimat tanya bernada ancaman disampaikan oleh Pak Roby.
“Tapi kan pak...”
Melihat perintahnya tidak digubris oleh Alpha, Pak Roby langsung mengarakan tangannya kearah Alpha dan mengangkatnya ke atas.
“Waaaa” Seisi kelas berteriak karena dikagetkan oleh tubuh Alpha yang dibuat terangkat oleh sihir Pak Roby. Secara perlahan tubuh Alpha di gerakkannya ke arah pintu keluar.
“Pakk... pak.. maaf pak” ujar Alpha memohon belas kasihan.
Namun seolah tak mendengar permintaan maaf tersebut Pak Roby tetap mengeluarkan Alpha dari kelas yang sedang diajarkanya.
“Jika kamu masih berusaha masuk, maka akan saya keluarkan lewat jendela sana” ancam Pak Roby.
“Ini juga berlaku untuk kalian semua, jangan ada yang mengacau di jam pelajaran saya” lanjut Pak Roby yang membuat semua siswa dan siswi hening seketika. Seolah tersihir dan berubah menjadi siswa teladan untuk sementara waktu ya setidaknya untuk mata pelajaran Pak Roby. Mereka tidak ingin bernasib sial seperti Alpha apalagi harus dikeluarkan dari jendela kelas yang berada dilantai dua tersebut.
“Hah sudah kuduga ini akan terjadi” gumam Rabel yang tengah menatap kasihan kearah pintu kelas.
“Nah mari kita lanjutkan”.
“Sirkuit sihir mempermudah seorang penyihir dalam menggunakan sihirnya. Namun disamping kegunaannya sirkuit sihir bisa menjadi sangat berbahaya apabila dibuat secara asal tanpa memperhitungkannya terlebih dahulu’ lanjut Pak Roby.
“Jika ada sedikit saja kesalahan maka akan terjadi ledakan”.
“Ledakan?” gumam Rabel.
Dia teringat akan salah seorang teroris yang meledakkan tubuhnya sendiri setelah sebelumnya memegang bagian dadanya menggunakan tangan kananya.
“Apakah mungkin dia meledakkan dirinya dengan memanfaatkan keasalahan sirkuit sihir tersebut? Jika begitu akan sangat mudah bagi teroris untuk melakukan bom bunuh diri” pikir Rabel.
Menjadikan tubuhnya sendiri sebagai media sirkuit sihir dan dengan sengaja melakukan kesalahan agar tercipta ledakan akibat kegagalan sirkuit sihir. Cara yang amat berani dengan mengorbankan nyawanya sendiri.
“Dikarenakan sirkuit sihir sangatlah berbahaya, maka kalian hanya akan diizinkan berlatih menggunakan sirkuit sihir sederhana yang memiliki resiko kegagalan yang amat kecil untuk menghindari kecelakaan yang ter...’
“Duaaaaaarrrrrrrrr”
Terjadi ledakan besar didekat sekolah tersebut. Kepulan asap hitam tampak membumbung ringgi keangkasa diikuti teriakan histeris orang-orang di luar sana. Melihat dari posisi asap tersebut bisa diketahui bahwa ledakan tersebut berasal dari dekat gerbang sekolah.
Sepertinya baru saja terjadi serangan bom bunuh diri dari salah seorang teroris disana yang membuat beberapa siswa Deuxtris mengalami luka-luka. Siswa-siswa tersebut sepertinya merupakan siswa kelas tiga yang tengah memiliki jam kosong dan mereka manfaatkan untuk berkeliaran di sekitar sekolah. Pihak penjaga sekolah langsung menghampiri lokasi kejadian untuk mengamankan situasi. Namun sesampainya disana mereka sama sekali tidak menemukan sisa-sisa anggota tubuh pelaku teror tersebut kecuali cipratan darah yang mengenai sekeliling lokasi kejadian.
Modus yang digunakan pelaku sepertinya sama persis dengan apa yang disaksikan oleh Rabel sebelumnya yaitu dengan memanfaatkan kesalahan sirkuit sihir yang ditanamkan di badannya dan menjadikan pelaku tersebut sebagai bom hidup yang tak bisa dideteksi. Ya, membuat ledakan tanpa membutuhkan bahan peledak. Sebuah taktik penyerangan yang amat cerdas dan sama sekali tidak bisa dilacak oleh pihak penjaga keamanan. Sebuah serangan teroris model baru yang menjadikan tubuhnya sendiri sebagai bahan peledak.
***