Dua Jingga

Nurmalasari
Chapter #1

Chapter #1

Ini hari pertama Nadira masuk kampus jurusan ekonomi bisnis. Sepertinya Dira harus mulai mengatur waktu antara pekerjaan dan kuliah agar tidak telat harus berlari menuju area Orientasi mahasiswa baru. Ketika masuk ke halaman jurusan sudah terlihat ada beberapa mahasiswa baru yang sedang dihukum oleh panitia Ospek.

"Kamu terlambat 48 menit, mau nambah tugas karya tulis atau berdiri didepan kelas sejumlah berapa menit keterlambatannya." Ungkap salah satu kakak senior cantik yang langsung menghampirinya.

"Aku tambah tugas karya tulis kak." Jawab Dira terbata dan masih mengatur nafasnya.

"Oke silahkan masuk," jawab kakak senior dengan santainya mempersilahkan Dira masuk.

Tiba-tiba pandangan Dira tertuju pada seorang panitia ospek dengan name taq ketua Ospek baru saja menghampiri mahasiswi baru yang memilih dihukum di depan kelas.

"Bastian Utama." gumam Dira dalam hati. Sebelum masuk kampus ini ia sudah sering melihat Bastian Utama di coffeshop tempat ia bekerja paruh waktu tapi ia tidak tau namanya. Diam-diam ia suka memperhatikan Bastian jika sedang nongkrong di coffeshop.

Flashback di coffeshop,

"Dira semangat ya." ungkap Novi seorang pelayan coffe shop yang juga menjadi teman kerjanya.

"Trimakasih Kak." jawab Dira yang semangat mencuci piring dan gelas. Ia bersyukur bisa diterima di coffeshop yang menerimanya tanpa ijazah, ditambah tiap harinya coffe shop ini ramai didatangi pengunjung. Walau baru bekerja ia sering dapat bonus karena coffeshop ramai tak seperti tempat kerjanya yang lalu terlalu keras tapi gaji belum mencukupi kebutuhannya.

Setelah selesai ia biasanya ambil shift bersih-bersih beberapa bagian coffeshop, di situlah ia pertama kali melihat Bastian bersama teman-temannya nongkrong dijam akhir coffeshop.

Praankkkkk!!!

Tak sengaja Dira menjatuhkan gelas di meja bagian bar ketika sedang ia bersihkan karena fokus melihat Bastian yang sedang tertawa bahagia dengan teman-.temannya. Seketika obrolan seru dimeja Bastian beralih ke arah Dira.

"Kenapa Dir?" Tanya Ruri staff bagian bar.

"Maaf Mas, maaf!" jawab Dira langsung membersihkan gelas yang pecah berserak di lantai.

"Hati-hati Dir." ungkap mas Ruri dari arah bar yang tersekat meja bar jadi kurang begitu jelas ketika Dira sedang membersihkan pecahan gelas.

"Aawww!!!" Dira terkejut melihat satu jarinya berdarah terkena pecahan gelas.

"Kamu kenapa?" Mendadak Bastian mendekati Dira dan segera membungkus tangannya dengan sapu tangannya dan ketika dibuka darah masih mengalir dari jari manis Dira. Bastian pun spontan segera menghisap jari Dira.

"Maaf, dari kecil kalau jari aku terluka, eyang selalu begini." ungkap Bastian tersenyum tak enak dengan Dira.

"Iya, nggak apa-apa. Trimakasih. Aku mau obatin sendiri." jawab Dira grogi segera membereskan pecahan dan bergegas menuju ruang staff. Bastian pun mengikuti Dira.

"Lain kali hati-hati."

"sudah jam segini kamu masih kerja?" Tanya Bastian melihat waktu dijam tangannya sudah menunjukkan pukul 10 malam. 

"Maksud aku kamu perempuan kenapa masih kerja segini?" Tanya Bastian empati terlihat wajah Dira lelah, Dira pun coba membenahi wajahnya dengan lengan kanan kiri nya.

"Ia ini memang udah jadi kerjaan saya, permisi." jawab Dira. Tanpa perkenalan ia pun segera menghindari Bastian.

Ketika coffeshop tutup, Dira masih ada kesempatan untuk melihat Bastian dan teman-temannya pulang di area parkiran mobil.

Dira mulai mengagumi Bastian padahal baru saja bertemu tapi ia merasakan kalau Bastian pria yang baik hati. Apa yang Bastian lakukan tadi sama seperti yang ayahnya lakukan ketika ia masih kecil dulu.

Flashback selesai,

"Eehh lu, ngelamun aja." sapa panitia ospek melihat Dira berdiri melamun dan belum masuk ke kelas.

Ketika sadar Bastian sudah ada dihadapannya. Ia pun berusaha menunduk untuk menghindari pandangan Bastian kepadanya. Bastian hanya tersenyum ia tau jika Dira wanita yang sering ia lihat di coffeshop langganannya itu coba menghindari pandangannya.

Di ruang unit kegiatan mahasiswa bisnis,

Nadira masuk menuju meja penyerahan berkas untuk mendaftarkan diri menjadi bagian dari kegiatan bisnis kampus. Duduk di sofa dengan melihat-lihat dekorasi ruangan yang sudah seperti perkantoran bisnis membuatnya semakin semangat untuk bergabung.

"Namanya siapa?" Seorang pengurus keluar ke ruangan pendaftaran bertanya dengan ramah dan mempersilahkan Dira duduk di kursi pendaftaran.

"Saya Nadira kak biasa dipanggil Dira. Mahasiswa baru jurusan ekonomi bisnis." jawab Dira tak kalah ramahnya mengulurkan tangannya dan dibalas dengan ramah juga oleh kakak tingkatnya itu.

"Kamu serius mau gabung dikegiatan ini? Capek loh karena cukup banyak produk-produk yang masuk tiap minggunya jadi ada resiko kuliah kamu nanti sedikit terganggu." penjelasan dari pengurus dengan baik.

"Saya sudah pelajari semua kak, saya siap mencoba untuk bergabung." jawab Dira tersenyum. Setelah ayahnya mengalami kebangkrutan dibisnisnya. Ia terpaksa bekerja sejak kelas 11 SMA padahal orangtua masih mampu membayar uang sekolahnya tapi Nadira tak ingin merepotkan ayahnya karena ia sengaja menabung untuk biaya kuliah sendiri. Cita-citanya mau kuliah mendalami ilmu bisnis.

Setelah Nadira pergi, Bastian segera menghampiri meja pendaftaran dan meminta berkas Nadira kepada pengurus berkas. Ia baca data diri Nadira dan simpan nomor HP Nadira.

"Lo tertarik bas sama anak baru itu?"

"Cuma mau tau aja," Jawab Bastian penasaran.

Di ruangan Mas Riko, manager coffeshop tempat Dira bekerja.

Mas Riko melihat Dira yang sedang membereskan gelas, sendok dan alat lainya di lemari coffee.

"Dira, gimana kuliahnya?" Tanya mas Riko manager yang sudah anggap Dira sebagai adik sendiri karena memang dulu Dira adalah teman main Riko sejak kecil.

"Baik mas Riko, Eemm. Kata Mas Ruri mas Riko minta saya ke ruangan Mas Riko? Ada apa ya Mas?" Tanya Dira tak canggung memanggil atasannya dengan panggilan Mas tapi tidak pegawai lain yang memanggil dengan sebutan Pak.

"Iya, kalau sudah selesai dengan tugas kamu bisa langsung ke ruangan saya ya Dir." Jawab Mas Riko. 

"Iya Mas," jawab Dira.

Di ruangan mas Riko,

"Kamu nggak perlu lagi kerja sampai larut malam Dir. saya mau kasih posisi baru ke kamu. Sebagai waitters menggantikan Mbak Novi dengan begitu otomatis gaji kamu akan naik dan kamu boleh memilih part time yang sesuai dengan jadwal kuliah kamu." penjelasan Mas Riko membuat Dira bahagia tapi masih tak percaya.

"Mas Riko serius? Trus Mbak Novi gimana?" Tanya Dira heran dan ia masih merasa tak pantas naik posisi karena kuliahnya belum selesai.

"Novi kabarkan ke saya untuk resign Dir, karena kuliahnya sudah selesai dan dia langsung dapat kerjaan yang sesuai dengan bidangnya." jawab Riko memberikan kabar bahagia untuk Dira.

"Pantes aja saya belum liat Mbak Novi, " jawab Dira segera ingin menghubungi mbak Novi yang selama ini juga sudah baik dengannya.

"Novi pesan ke saya posisinya digantikan sama kamu aja Dir, gimana? Kamu mau?" Tanya mas Riko yang sebenarnya lega Dira bisa pindah diposisi selain bersih-bersih.

"Iya Mas aku mau." jawab Dira senang.

"Baik, mulai hari ini kamu bisa bekerja menggantikan posisi Novi. Jangan lupa ya Dir kamu harus tetap fokus dengan kuliah." Nasehat Mas Riko yang mengharapkan Dira bisa terus lebih baik karena Riko tau kondisi ekonomi keluarga Dira.

"Trimakasih mas Riko dan Mbak Novi, yang selama ini terus bantu saya dan keluarga saya." jawab Dira terharu.

"Saya berharap setelah ini kamu bisa naik di posisi kantor menjadi partner saya atau mungkin kamu menggantikan posisi saya Dir." ungkap Mas Riko tulus. Dira tidak tau kalau yang meminta posisi untuk Dira adalah Bastian yang punya hubungan dekat dengan pemilik kafe.

"Waahh kalau gantiin Mas Riko sepertinya aku nggak bisa." jawab Dira tak enak.

"Kamu pasti bisa Dir, bahkan mungkin kamu bisa punya coffeshop sendiri seperti impian kamu selama ini" jawab Mas Riko masih tulus mendoakan yang terbaik untuk Dira.

"Sekali lagi terimakasih Mas, saya ijin kembali ke tempat kerja." ungkap Dira begitu sopan dengan mas Riko.

"Silahkan, semangat ya Dir." jawab mas Riko. Dira pun segera keluar dari ruangan Mas Riko. Ketika baru membuka pintu ia berpapasan dengan Nindi pacaran mas Riko yang entah kenapa tak pernah ramah menyapa nya.

Sore hingga malam Dira terlihat bersemangat melayani para pengunjung cafe, pengunjung kebanyakan anak muda yang sedang menghabiskan waktu malam Minggunya sedang Dira bekerja untuk biaya kuliahnya.

Malam ini sambil melayani pengunjung, Dira melihat-melihat tak nampak wajah Bastian dikursi yang biasa ia pesan bersama teman-teman. Beberapa hari ini pun tak terlihat Bastian di kampus.

Selesai jam kerja Dira bersiap pulang dengan sepeda motornya. Ketika ingin memakai helm, mendadak terdengar suara pintu mobil dan keluar seseorang yang ia kenal. Ternyata Bastian yang seketika membuat jantung Dira berdetak kencang karena Bastian seperti menuju ke arahnya. Ia sempat melihat kanan dan kiri apa mungkin ada orang selain dirinya yang akan di hampiri oleh Bastian sampai akhirnya Bastian tepat berdiri dihadapannya.

"Baru mau pulang Nad?" Tanya Bastian yang tak tau kalau Nadira biasa dipanggil Dira karena ia hanya membaca data diri Nadira di berkas pendaftaran kegiatan bisnis mahasiswa.

"Nadira?" Tanya Dira memastikan.

"Nama kamu Nadira kan?" Tanya Bastian.

"Iya, nama aku Nadira. Biasa dipanggil Dira." segera Dira mengulurkan tangan untuk berkenalan dengan Bastian.

"Ya aku belum terbiasa panggil kamu baru juga mau kenalan, Aku Bastian Utama, biasa dipanggil Bastian." balas Bastian senang.

"Bukannya jam kerja kamu udah ganti ya? Kenapa masih pulang malam?" Tanya Bastian khawatir karena wajah Dira terlihat lelah.

"Oohh, Iya mumpung malam Minggu jadi aku manfaatin aja. Dari pada nganggur." jawab Dira santai dan sedikit tersenyum kemudian berusaha menutupi groginya dengan membenahi rambut kanannya dibalik daun telinga.

"Dari mana kamu tau jadwal kerja aku berubah?" Tanya Dira heran.

"Name taq pelayan." jawab Bastian menunjuk pada name taq pelayan cafe yang masih Dira pakai di situ terlihat tanda shift malam atau siang.

"Setau aku selama berkunjung disini, jadwal pelayan nggak ada yang sampai malam, yang sampai malam tim coffe dan bar kan?" Jawab Bastian yang sudah hafal dengan coffeshop langganannya ini.

"Jangan-jangan sebelum aku kerja di sini, kamu udah jadi pelanggan ya?" Tanya Dira lagi.

"Nggak juga, baru-baru sekarang ini cuma tau dari teman-teman aja." jawab Bastian tersenyum karena ia tau soal Dira dari mas Riko yang memang dekat dengannya karena Bastian dekat pemilik kafe ini.

"Mau aku anter pulang?"

"Trimakasih, aku bisa pulang sendiri." Nadira pun segera berlalu karena grogi kenapa Bastian tiba-tiba menawarkan pulang bareng.

Ditengah jalan ketika lampu merah di jalan yang sepi, tiba-tiba ada 2 orang pria bersepeda motor menghadang Dira dan berusaha mengambil tas yang ia pakai.

"Tolong, tolong!!!" Teriak Dira terkejut dan berusaha menahan agar tas nya tak diambil. Dira dengan ilmu taekwondo yang ia pelajari sejak SMP-SMA keluar untuk melawan 2 pria jahat itu tapi sial kakinya tiba-tiba keram dan akhirnya terjatuh.

"Jangan ambil tas saya, Tolong!!!" Teriak Dira.

Mendadak 3 orang pria datang keluar dari dalam mobil untuk memberikan pertolongan. Hingga terjadi perkelahian sampai 2 pria jahat itu kabur tanpa berhasil membawa tas Dira.

"Kamu nggak apa-apa?" Tanya seorang pria yang ternyata Bastian juga kedua temannya.

"Bas, Lo kenal?" Tanya salah satu temannya. Bastian segera membantu Dira untuk bangun dan duduk dibahu jalan.

"Aawwww!!!" Teriak Dira menahan sakit kakinya.

"Kamu bisa pijat sendiri perlahan." saran Bastian coba tenangkan Dira yang kesakitan.

"Thankss udah bantuin saya." ungkap Dira. Bastian dan kedua temannya pun mengantarkan Dira sampai rumah. Motor Dira dibawa oleh salah satu teman Bastian. Sampai depan rumah Dira, Bastian masih membantu nya untuk keluar dan turun dari mobil sampai teras rumah dan duduk di kursi.

"Maaf kalau aku udah repotin kalian, sekali lagi terimakasih." ungkap dira sudah mulai merasa baikan.

Lihat selengkapnya