DUA JIWA

Masda Raimunda
Chapter #5

Bab V

Dari jauh Akandra menatap perempuan yang baru saja genap berusia lima puluh lima tahun itu. Tak menyangka ini adalah pertemuan pertama mereka secara langsung. Ada luka saat melihat betapa bahagianya Ibunya saat ini. Mungkin di dalam ruangan hanya dia yang tahu kalau perempuan itu adalah Ibu kandung yang melahirkannya. Mereka memang tidak pernah bertemu secara langsung, karena akses itu selama ini tertutup untuknya. Ia sudah tahu kalau ibu kandungnya menikah dengan pria kaya raya yang setara dengan keluarganya.

Pemandangan di area depan dekat panggung sungguh indah. Sebuah keluarga yang terlihat tengah bahagia dan sempurna. Akandra tidak pernah membayangkan kalau ibunya akan membeli saham rumah sakit yang menjadi tempatnya bekerja. Tidak tahu mau melakukan apa, perlahan ia mendekati sekumpulan rekan kerjanya. Mencoba pura-pura larut dalam pembicaraan. Lalu ikut antrian untuk bersalaman. Saat tepat berada dihadapan sang, ia mengulurkan tangan.

"Selamat ulang tahun, ibu."

"Terima kasih, bagaimana saya harus memanggil anda?"

"Panggil saya dokter Akandra."

"Oh, baiklah. Senang bertemu dengan anda."

Sebuah percakapan yang sangat standard. Namun sanggup membuat tangannya menjadi sedingin es. Akandra ingin segera keluar dari ruangan. Sayang langkahnya tertahan saat beberapa rekan memanggil namanya untuk berfoto bersama. Tidak enak, ia menurut. Entah siapa yang memanggil, akhirnya ada sosok Alea ikut menemani mereka. dengan posisi Rianti dan aktris itu berada ditengah-tengah mereka. Selesai semua, Akandra benar-benar berlalu. Disini bukan tempatnya.

***

Lelaki itu membiarkan kamarnya diselimuti kegelapan. Sepanjang tiga puluh lima tahun usia, baru kali ini bisa dekat dan bersentuhan langsung. Dulu ayahnya selalu menyembunyikan identitas ibunya. Ia baru tahu saat berusia tujuh belas tahun. Dengan perjanjian bahwa Ibu Rianti tidak boleh mengetahui keberadaannya. Itu merupakan janji ayahnya kepada kakek dan neneknya, sebagai syarat agar ayahnya bisa membawanya pergi. Ayahnya adalah orang yang selalu memegang janji. Maka ia juga harus begitu.

Dicatatan kelahiran, hanya ada nama ayahnya. Namun dirapot atau surat penting lainnya nama itu tertulis, Marianty S. Dulu ia membayangkan, alangkah senangnya punya ibu. Terutama saat sedang sakit dan ayahnya harus bekerja dimalam hari. Atau sebaliknya, ayahnya sedang sakit dan ia harus merawat sendirian.

Kembali teringat kebersamaan dengan ayahnya. Pada awal pekan mereka akan mencuci pakaian bersama sekaligus membersihkan rumah. Karena akhir pekan adalah hari tersibuk bagi ayahnya karena harus datang ke tempatnya bekerja lebih cepat dan pulang lebih lama. Tidak pernah menyinggung nama ibunya saat bersama.

Mereka juga akan belanja mingguan. Disaat itu, Akandra kecil boleh meminta apa saja. Sebuah kenangan yang takkan pernah lekang. Ayahnya mengambil tugas sebagai ibu dan ayah dengan sempurna dimatanya. Sayang kebahagiaan itu harus meredup seiring menurunnya kesehatan Edwin.

Ia tidak percaya kalau Ibu Rianty yang selama ini diperbincangkan di rumah sakit adalah ibunya. Kalaulah tahu, ia memilih untuk tidak berada disana tadi. Masih terbayang bagaimana senyum itu mengembang sempurna. Ibunya sangat cantik diusia senjanya. Ia mengetahui kisah using itu, namun tak pernah ingin mengenang lebih lama. Bagaimana cinta sepasang remaja beda kasta harus berakhir.

Lihat selengkapnya