DUA JIWA

Masda Raimunda
Chapter #7

Bab VII

Akandra melangkah memasuki klinik sore itu. Hari ini ia praktek bersama Dokter Rita, seorang dokter gigi. Sudah banyak pasien menunggu. Dengan ramah pria itu menyapa mereka satu persatu.

Bekerja disini tidak sama dengan di rumah sakit. Semua serba seadanya. Masyarakat sekitar lebih suka datang kemari karena berobat ke Puskesmas sekarang lebih rumit. Kebanyakan tidak memiliki tanda pengenal di daerah tempat mereka tinggal. Sebagian adalah perantau dari daerah yang mengadu nasib di Jakarta.

Sehingga kehadiran klinik ini, menjadi solusi terbaik untuk mereka. Bahkan biasanya dari sore sudah banyak yang mengantri. Apalagi jika hari itu ada Dokter Akandra datang. Yang menurut mereka bertangan dingin. Ia menjadi idola bagi masyarakat di daerah tersebut. Bahkan sampai sekarang sudah ada lima orang yang menamai anak mereka dengan nama yang sama. Dengan harapan kelak sang anak bisa menjadi seorang dokter.

Bagi Akandra , sebenarnya ia lebih suka berada ditempat ini. Dimana ia benar-benar merasa dibutuhkan. Kalau di rumah sakit, maka akan ada gengsi bermain disana.

***

Suasana malam hari selalu memberikan ketenangan bagi seorang Akandra. Menjadi saat dimana ia bersyukur atas kesempatan hidup atas satu hari yang telah berlalu. Selesai mandi pria itu meraih ponsel diatas nakas. Ia tersenyum lebar saat ada pesan dari Alea. Gadis itu menanyakan keberadaannya. Malas mengetik, akhirnya ia menghubungi langsung.

"Aku sudah sampai di rumah , kamu dimana?"

"Baru pulang dari sebuah ajang pemberian penghargaan, baca nominasi tadi disana. Ini baru sampai di rumah. Sudah pulang dari klinik?"

"Sudah, baru selesai mandi. Kamu sudah makan?"

"Belum, lagi nggak nafsu makan. Dari soang belum makan apa-apa. Enaknya makan apa ya?" Tanya Alea bingung.

"Aku tadi makan gado-gado lontong. Dianterin sama salah satu warga. Enak banget lho."

"Iya, kebayang ada sayur dan tahu tempe goreng."

"Kamu suka bumbu kacang, Lea?"

"Suka banget sih enggak, lebih suka sambal tomat. Aku nggak penggemar makanan manis."

"Kalau begitu nanti kapan-kapan aku buatkan kamu. Banyak yang bilang sambal tomat buatanku segar dan enak."

"Aku nggak butuh nanti, aku butuhnya sekarang." Suara Alea terdengar manja.

"Ya jangan sekarang, ini sudah hampir tengah malam."

"Tapi kalau aku laparnya sekarang, gimana?" rajuk gadis itu.

Lihat selengkapnya