Akandra memanggul surfing board menuju sebuah gubuk di tepi pantai. Beberapa temannya sudah lebih dulu ke darat. Sangat jarang ia bisa menghabiskan waktu menekuni hobinya. Pertama kali mengenal surfing saat masih bertugas sebagai dokter PTT di Lombok. Kebetulan ia bertugas di daerah pesisir yang terkenal memiliki ombak yang cukup baik. Diperkenalkan oleh pemuda setempat, akhirnya keterusan sampai sekarang.
Entah kenapa berada ditengah laut, hanya mendengarkan deru ombak dan berkejaran dengan gelombang tinggi membuatnya merasa tertantang. Entah mungkin karena setiap hari hanya berkutat dengan pasien terus menerus. Sehingga butuh pengalihan fokus untuk tetap bisa menyeimbangkan pikiran.
Sesampai digubuk ia segera mengikuti perbincangan beberapa temannya.
"Gimana dok, kapan-kapan ke Banyuwangi yuk. Spot disana bagus. Belum terlalu ramai juga."
"Nanti lihat jadwal dulu. Kasih tahu saja tanggalnya di grup. Kalau bisa pasti saya ikut."
"Gitu dong, dok. Sesekali gabung bareng kita. mumpung belum ada yang marah. Kalau sudah kayak saya, harus rajin-rajin bohong. Kalau nunggu ijin istri nggak bakalan bisa seperti ini."
Akandra hanya tertawa kecil. Tidak ada yang tahu, kalau ia kemari selain menghilangkan kepenatan, sebenarnya juga menjauh dari sosok Alea. Sejak malam itu, keduanya sama sekali tidak berkomunikasi. Mengira kalau gadis tersebut memang tidak ingin melanjutkan hubungan dengannya. Mereka mungkin bukan pasangan yang cocok. Karena Akandra tida bisa memahami pasangan seperti yang diinginkan Alea.
Ia bukan tipe pria yang bisa bemanis-manis, merayu sedemikian rupa. Mengatakan sesuatu yang bukan kebenaran. Ia juga tidak pandai menutupi kebohongan agar gadisnya tersenyum dan percaya. Akandra selalu hidup apa adanya. Baginya kejujuran adalah nomor satu, meski kadang pahit. Ia akan terus berhubungan dengan Lintang, entah Alea suka atau tidak. Mereka merupakan satu tim disebuah organisasi nirlaba yang bergerak saat ada bencana alam. Dan selama ini ia tidak pernah terganggu dengan kehadiran Lintang. Mereka adalah teman yang baik.
Tak lama ia memohon pamit pada teman-temanya untuk kembali ke Jakarta, karena nanti sore harus praktek di klinik. Sebelum berpisah mereka menyempatkan diri untuk foto bersama. Sekadar mengingat suatu hari kelak, bahwa pernah menghabiskan waktu dilaut hari itu. Akandra segera menguploadnya ke media sosial miliknya sesuai kebiasaan mereka.
***
Sore itu klinik sangat ramai. Terutama karena keikutsertaan pihak donatur yang membawa bantuan berupa susu untuk anak-anak dan ibu hamil. Beberapa relawan sibuk mencocokkan data penerima dan jumlah bantuan. Sementara anak-anak bermain dihalaman klinik menunggu nama mereka dipanggil. Akan ada sahutan terdengar bekali-kali untuk memanggil nama penerima.
Akandra sendiri masih sibuk dengan pasien manula. Beberapa dari mereka adalah pasien penderita paru-paru yang sudah berbulan-bulan berobat. Meski obat dari pemerintah diberikan secara gratis, namun masih banyak diantara mereka yang malas meminum dengan rutin. Sehingga kadang harus mengulangi pengobatan dari awal. Hal tersebut sering membuat Akandra menggelengkan kepala. Karena banyak orang menganggap bahwa TB adalah penyakit biasa. Padahal TB paru jelas bisa menulari siapa saja.
Seorang perawat yang mendampinginya harus berteriak untuk memanggil nama agar suaranya terdengar. Pasien datang silih berganti. Kebetulan juga hari ini ada seorang bidan yang mendampingi Akandra. Meski berada di ruangan berbeda, namun kebisingan tidak bisa dihindari. Karena pembatas ruangan hanyalah selembar tripleks. Yang sudah pasti tidak kedap suara.
Pukul Sembilan malam, barulah segala keruwetan itu berakhir. Para perawat menyusun kembali kartu pasien. Juga membersihkan klinik dan menyimpan obat-obatan yang dibawa oleh Akandra. Selesai semua, barulah mereka pulang. Seperti biasa, pria itu akan mengantar dulu rekannya ke rumah masing-masing. Kebetulan mereka tinggal tidak jauh dari sana. Kali ini yang terjauh adalah Bunda Rita, yang merupakan seorang bidan senior di sebuah rumah sakit pemerintah.
"Dokter baru surfing?" tanya Bidan Rita saat melihat papan surfing masih ada diatas mobilnya.