Alea Bratadireja dan asistennya berlari kecil menuju lift yang masih terbuka. Beruntung ada seorang pria yang menahan pintu sehingga mereka bisa masuk. Ia memberikan senyum terbaiknya sebagai ucapan terima kasih, namun matanya sedikit mendelik saat sang pria hanya membalas senyuman itu dengan biasa saja. Seolah tidak peduli dengan sosoknya.
Melalui sudut mata, bisa terlihat bahwa pria itu adalah dokter disini. Tertera Dr. Akandra B Aditya di name tagnya. Sekilas ia penasaran dengan nama itu. Jelas bukan sesuatu yang sering terdengar. Baginya pria disampingnya bukan sosok yang dingin, hanya saja terlihat tengah menjaga image. Alea bertanya dalam hati, apa pria itu tidak tahu siapa dia?
Beruntung dilantai tiga ada seorang dokter yang cukup tampan ikut masuk. Pria dengan name tag Dokter Antonius Wirawan itu memberikan senyum terbaiknya yang segera dibalas Alea. Sayang, melalui sudut matanya terlihat Dokter Akandra bergeming. Pria itu memilih memandang angka-angka yang terus bergerak. Dia kira aku angin? Terasa tapi tak nyata?
Merasa tidak dilihat, ego Alea tergelitik. Ia menggerakkan sedikit bahunya. Tepat saat lift berhenti di lantai Sembilan. Kedua pria tadi keluar dari dalam lift. Dokter Anton sekali lagi memberikan senyuman, tapi Dokter Akandra?
"Menurut lo keren yang mana?" Tanya Alea pada asistennya.
"Yang duluan masuk lift." Jawab Ratri jujur.
"Gue suka yang kedua, kesannya lebih ramah. Yang pertama mukanya tuh kayak ngomong gini, Eh gue dokter senior disini." Ucap Alea sambil tertawa sinis.
"Biar begitu, yang pertama jauh lebih keren. Wajahnya nunjukin kalau dia beneran dokter berkelas. Dan gue yakin kalau dia cowok baik-baik. Yang kedua kelihatan tengilnya. Jadi pacar okelah, tapi jadi suami? Big no!" Sang asisten tak mau kalah. Membuat sebelah alis Alea sedikit terangkat.
Percakapan terhenti saat pintu lift terbuka, mereka sudah sampai di lantai lima belas. Beberapa kru bergegas menyambut. Ia segera masuk ruang make up sambil membaca skrip yang sudah diberikan.
Sebagai artis papan atas, Alea sangat professional. Kerja kerasnya membuahkan banyak hasil. Terutama piala penghargaan atas kemampuan aktingnya. Selain itu juga ia didaulat menjadi brand ambassador beberapa produk kecantikan. Karena memang dikaruniai wajah cantik nan mulus sejak lahir. Tak heran manajernya memasang tarif tinggi setiap kali ada tawaran masuk.
Baginya bermain film dan melakukan kegiatan lain hanya sekedar rutinitas yang menyenangkan.Uang bukanlah tujuan utamanya. Alea tidak pernah kekurangan sejak lahir. Siapa yang tidak kenal ayahnya? Alexander Bratadiredja, pemilik beberapa perusahaan retail terbesar di Indonesia. Sekaligus bisnis perkebunan sawit yang terbentang di pulau Sumatera dan Kalimantan.
Seharusnya Alea bisa duduk santai dipagi hari dan tidur nyenyak dimalam hari. Tapi ia adalah seorang pekerja keras sejak kecil. Selain itu, suka menjadi pusat perhatian, dipuji dan juga dikejar-kejar media dan fans. Ia sangat menikmati hidup menjadi seorang bintang. Tidak mudah bertahan dalam dunia entertainment. Sedikit saja terpelesat, maka selamanya namamu akan rusak. Dan sulit untuk meraih posisi semula.
Karena itu seorang Alea Bratadireja akan berusaha mati-matian menghalau segala hal yang menghadang kariernya. Ia pintar, sehingga bisa lulus kuliah dengan angka memuaskan. Tidak pernah menjalin hubungan dengan banyak lelaki. Apa lagi dengan status tidak jelas dan penghasilan biasa saja. Semua yang berada di dekat Alea adalah kelas VIP.
Cukup lama menunggu sampai seseorang memanggilnya untuk segera syuting. Mengenakan seragam khusus pasien, perempuan cantik itu melangkah menuju sebuah ruangan dimana lampu sangat terang dan sang sutradara sudah duduk dikursi kebesarannya. Seseorang yang bisa dengan mudah memerintah Alea. Wajahnya sudah dirias sempurna sesuai dengan perannya sebagai korban kekerasan dalam rumah tangga.
Cukup lama bergelut dengan peran barunya, beberapa kali harus mengulang dialog. Sampai akhirnya sang sutradara berteriak,