Dua Kuda di Komidi Putar

mirandaseftiana
Chapter #32

Hope

Seberapa pun persentase sebuah harapan,

dia tetap harapan yang harus selalu kita bawa dalam doa.

---

Ali Nata Negara

 

Aku melangkah cepat begitu pintu kaca otomatis lobby terbuka. Kulirik sepintas papan petunjuk yang tergantung di langit-langit rumah sakit. Lift menuju lantai tiga ada di sebelah kiri. Gegas aku membetulkan tas yang tersampir di bahu, menuju lift yang sebenarnya tak seberapa jauh tetapi cukup menguras kesabaran. Di sebelah ada lift sebenarnya tangga, namun hanya bisa diakses karyawan rumah sakit saja. Lift berdenting, pintu terbuka, beberapa orang meminta jalan untuk keluar dengan tatapan, aku menepi sebelum masuk kemudian. 

Sepatuku mengetuk-ngetuk tak sabar menuju lantai tiga tempat Lily dirawat. Setelah dikabari Bapak, konsentrasiku benar-benar terdistraksi. Raga di Jakarta, tetapi hati dan pikiran tercurah ke Banjarmasin. Ditambah lagi saat Bapak menelepon, meminta izin menandatangani surat persetujuan operasi caesar Lily. Rasanya aku ingin workshop segera berakhir. Nahas aku tidak bisa mengambil opsi pulang mendahului teman-teman yang lain. Bahkan setelah Bapak coba menegosiasi. 

Aku mengetuk pintu dengan tergesa. Bapak membukakan dengan raut lega. Tampak tirai yang membatasi ruang tamu dengan ranjang Lily ditutup rapat. Aku menilisik tanpa kata. Bapak mengerti meski aku belum mengajukan tanya. 

"Di dalam sedang ada bidan yang membantu istrimu pijat laktasi supaya ASI buat anakmu bisa lebih banyak," terang Bapak. "Ibumu juga kemarin buatkan sayur katuk."

Aku mengangguk lalu meletakkan tas di sofa. Tak lama bidan dan perawat yang dimaksud Bapak pamit undur diri. Aku dan Lily saling tatap dengan kikuk. Ia lebih dulu menunduk. Kutarik napas dalam-dalam sekadar menghalau ledakan emosi yang tidak diinginkan. Akibat kecerobohan Lily bayi kami terlahir dini lima hari yang lalu. Sesuatu yang mengecewakanku untuk ketiga kali sepanjang pernikahan kami. Pertama kejadian di fakultas kedokteran waktu itu, kedua kenyataan bahwa nama Lily tercantum dalam daftar pasien di klinik aborsi milik keluarga Erlan, ketiga sekarang saat anak kami harus berjuang sebelum waktunya. 

"Bapak nyusul Ibu dulu ya di kantin, kalian ngobrol aja dulu." 

Sepeninggal Bapak, aku bergerak mendekat ke samping kanan Lily. Berdiri tak jauh dari nakas. Ada pompa dan botol untuk menampung ASI yang belum benar-benar terisi. Seperti hanya bulir-bulir di dinding botol. 

"ASI kamu udah dibawa bidan tadi?" usutku membuka perbincangan. 

Lily menggeleng. Rautnya masih terhitung pucat. "Belum ada yang keluar pas dipijat tadi. Bidannya kasih waktu aku buat pijat sendiri sambil pompa sebelum jam bayinya minum susu." 

Aku manggut-manggut. "Minumnya udah banyak ya dia?" 

"Sekitar 9cc sekali minum. Tapi berat badannya harus dikejar, karena penurunnya lumayan signifikan dari berat lahir."

"Lahirnya 682 gram 'kan?" tanyaku sembari mengingat isi pesan Bapak. Lily mengangguk. "Lalu sekarang?" 

"Tadi pagi dokter spesialis anaknya info ke aku, beratnya turun jadi 535 gram. Sama tadi dokter bilang dia mengalami hyperbilirubinemia atau kadar bilirubin berlebihan dalam darah." 

"Efeknya?" cecarku begitu menemukan raut wajah Lily berubah sendu.

"Intracranial haemorrhage," sahut Lily. "Pendarahan di otak," lanjutnya begitu sadar aku tak paham dengan istilah medis yang ia sebutkan. 

"Tapi anak kita nggak mengalami itu kan?" bantahku lebih pada diri sendiri. 

"Dia mengalami intracranial haemorrhage grade 4 setelah tadi Subuh ditemukan darah dalam ventrikelnya yang sudah melebar dan dekat dengan area otak." 

"Astaghfirullah," lirihku nyaris kehabisan kata. "Tapi masih ada kemungkinan dia dibawa pulang dalam kondisi sehat?" 

"Lahir sebelum usia kandungan 28 minggu itu tergolong extreme premies, tapi dokter bilang 90% bisa bertahan," terang Lily terkesan diplomatis. 

Kami terdiam cukup lama. Membuang pandang tak tentu arah. Bergumul dengan pikiran dan kecemasan masing-masing. Hanya denting jam dinding yang mengisi dalam hening sebelum Lily membuka suara lebih dulu. 

"Setengah jam lagi jadwal dia minum susu. Kamu mau nganter kantong ASI ke NICU sekalian lihat dia?" tawar Lily. 

Lihat selengkapnya