Dua Kuda di Komidi Putar

mirandaseftiana
Chapter #37

Bagai Melepas Burung Terbang

Beberapa kasih sayang mungkin wujudnya adalah melepaskan bukan memaksakan.

---

Lily Diandra

 

Aku mematut diri di depan sebuah cermin besar yang mengisi nyaris seluruh dinding toilet. Kuraba kantong mata yang mulai berubah warna lebih gelap daripada semestinya. Senyumku tipis dan sumir kepada diri sendiri. Mengasihani diri yang kurang tidur berminggu-minggu terakhir meski tidak ada bayi yang mesti diberi air susu ibu saban dua jam sekali. Tidurku gelisah. Segalanya terasa serba salah. Bibirku diam, tetapi kepalaku terasa demikian sibuk, bergemuruh merangkai berbagai kemungkinan yang seluruhnya belum ada yang pasti. Beberapa menghadiahi cemas yang membuat denyut jantungku bertalu tak menentu.

 

Ali Nata Negara

Sidangnya hampir dimulai.

Kamu di mana?

 

Sebuah pesan singkat terpanjang di layar ponsel yang kubiarkan telentang pada meja wastafel. Dari Ali. Lekas kuketikkan balasan dan mematut diri terakhir kali sebelum melangkahkan kaki menuju ruang sidang yang nyaris tiga bulan terakhir rasanya menguras energiku demikian berat. Napasku berembus dengan kentara. Kupandangi cermin sekali lagi, membetulkan ujung kemeja putih yang sedikit terangkat, menggumamkan kalimat doa untuk diri sendiri dengan suara demikian samar, jauh lebih samar dari gerak bibir yang terpantulkan.

Pintu toilet terasa berat saat aku menarik ke arah dalam. Seorang wanita berdiri depannya hendak masuk. Dokter Kalina, kakak kedua Erlan rupanya. Tanpa sengaja gerak bibirku menyunggingkan senyum kikuk. Ia tak membalas, hanya berlalu dengan gerak agak tergesa. Rasanya seperti canggung sekali padahal dulu kami pernah dekat.

***

Ruang sidang di pengadilan negeri Banjarmasin ini serasa sesak. Bukan dalam makna sebenarnya. Melainkan secara psikologis dan rasa. Aku melangkah pelan, menyusup di antara kerumunan pengunjung sidang pembacaan putusan Erlan yang akan dibacakan hakim hari ini. Sebagian besar adalah petugas kepolisian yang berjaga agak ekstra sejak kasus ini menjadi perhatian khalayak warga. Sebagian lain adalah para wartawan dari media setempat, baik perwakilan redaksi koran maupun televisi lokal. Sisanya adalah kami, aku dan Ali sebagai saksi, serta sanak famili terdekat Erlan.

Lihat selengkapnya