DUA MUSAFIR: Dialog

Arthur William R
Chapter #5

BAB 4

Tahan! Berhenti di tempat kalian!" ucap seseorang yang menghalangi kami.

Pria ini memiliki tubuh gendut dan tinggi yang sepantar denganku. Tinggiku sendiri adalah seratus delapan puluh sentimeter. Ya, aku jangkung dan mempunyai badan yang kurus, juga semakin kurus dengan perjalanan yang kulalui ini.

"Siapa?" tanya Idris kepada orang itu.

"Menurutmu aku ini siapa, Pria Tua!?" balasnya.

Jelas bahwa dia adalah seorang bandit, itu terlihat dari pisau lipat yang diacungkannya ke arah kami.

"Kami tidak punya apa-apa, dan kami juga adalah dua orang musafir," kataku.

"Mencegat musafir memang adalah pekerjaanku. Nah, sekarang, berikan apa yang kalian punya!" dia membentak.

Aku, yang juga memiliki sebuah pisau yang agak sedikit panjang darinya, ingin mengeluarkannya juga. Mungkin dengan ini dia akan berpikir ulang untuk menggunakan pisau lipat kecilnya. Dia terlihat aneh dengan ukuran pisau itu, dan tidak sesuai dengan besar tubuhnya juga tampang brutalnya.

Wajahnya penuh dengan janggut keriting yang berkumpul dari telinganya sampai ke dagunya. Kusut seperti rambutnya yang juga sama keritingnya. Orang ini mengenakan ikat kepala berwarna merah pudar, baju yang dia kenakan berbentuk rompi dan tidak menutupi perut besarnya. Celana panjang dari bahan dasar kain hitam dipadu dengan sepatu besar nan tebal.

"Siapa namamu?" tanya Idris dengan tenangnya.

"Jangan mencoba untuk mengalihkan perhatianku, Pak Tua! Berikan saja apa yang kalian punya!"

"Kami tak punya apa-apa. Jika kamu mau, kita akan mencari sesuatu yang kamu butuhkan bersama-sama. Di belakangmu itu, jarak dua kilometer sudah terlihat gerbang kota. Apa kamu juga berasal dari sana?"

Orang ini ragu untuk menjawab. Sepertinya, dirinya agak kurang nyaman dengan ketenangan Idris. 

"Mengapa orang lain mencuri?" Idris melanjutkan. "Mengapa banyak orang ingin merebut hak orang lain. Bukankah hakmu juga direbut oleh orang lain? Dan kenapa sekarang dirimu lah yang ingin merebut hak kami?"

"Memangnya apa lagi selain untuk makan dan bertahan hidup!"

"Aku melihat lemak pada perutmu tetap utuh. Apa yang sudah kamu makan? Daging manusia?"

Orang itu berpikir sejenak untuk menjawab, dan dia berkata, "iya, aku memakan manusia!"

Aku tidak ingin percaya, tetapi, alasan logis apa yang bisa kepalaku simpulkan tentang tubuh orang ini. Maksudku, perihal kesuburan tubuh dan lemak perutnya. Seharusnya, dia akan sama kurusnya dengan kami. 

Idris tersenyum mendengar jawaban orang itu. Sepertinya dia tidak memiliki pemikiran atau prasangka yang sama dengan apa yang kupikirkan.

"Antar kami ke kota," kata Idris melanjutkan. "Setelah itu aku akan menolongmu."

Orang ini geram dan membalas sambil berteriak. "Aku tidak butuh pertolongan, Pak Tua! Serahkan saja apa yang kalian miliki. Jika tidak ada, maka berikan tasmu itu! Hei, kau! Pria kurus!"

Aku mundur beberapa langkah dan orang ini melihat pergerakanku. Di saat itulah aku mengeluarkan senjata tajam milikku. Orang ini menghentikan gerakannya tiba-tiba untuk menjaga jarak dan waspada. Idris menyela:

Lihat selengkapnya