Sebenarnya, menunda perjalanan seperti ini bukanlah suatu masalah bagiku, beruntung aku bisa bertemu dengan Romeo dan juga Dehan. Aku juga bisa belajar berdagang, karena ini merupakan sesuatu yang tidak pernah kucoba saat tinggal di kota. Dehan juga telah berjanji akan mengantarku setengah perjalanan. Nah, saat hari ketiga, di mana festival ini telah berakhir, aku melihat sosok Idris ketika acara penutupan malam itu. Dirinya berada di samping Wakil Presiden yang tengah berpidato di atas panggung. Hanya aku yang melihatnya, sementara Romeo masih tidak ingin ikut keluar.
Aku mengejar Idris saat dirinya telah turun dari panggung; pengawal-pengawal itu menghalangiku, mereka sibuk menjaga Wakil Presiden. Sementara rekanku itu dengan santainya berjalan menuju sebuah mobil. Apa artinya ini? Pikirku. Mengapa Idris bisa berada di sana dan bertemu dengan orang penting? Apakah itu adalah temannya? Yang mana dirinya telah kenal saat perjalanan yang lalu? Aku agak jengkel melihat Idris, kuputuskan saja untuk kembali ke rumah. Aku juga tidak mengatakan masalah ini kepada Romeo, kupikir tidak ada gunanya juga.
Tapi semua pikiran burukku terjawab sudah. Suatu pagi, ketika kami hendak pergi berjualan, ada seseorang yang berjalan ke arah rumah kami. Seseorang dengan pakaian dan selendang putihnya. Ya, itu Idris, dirinya telah kembali. Dia juga ternyata tidak datang seorang diri, di sampingnya ada seekor keledai dengan dua penunggang di atasnya. Mereka adalah dua orang perempuan.
Romeo yang melihat itu mulai terpaku dan tangannya terlihat gemetar. Adonan yang dipegangnya terjatuh menimpa kakinya. Dua perempuan itu turun, Romeo ikut berlari ke arah mereka. Lucu sekali ketika melihat dirinya berlari, perutnya yang berlemak ikut bergetar naik dan turun.
"Apa kabar, Nak!?" kata Idris yang melihat diriku masih terheran-heran.
Aku tidak langsung menjawab, aku masih ingin memastikan orang tua ini. Apakah benar ini dirinya? Lalu Idris menamparku.
"Ini aku! Ada apa? Apa kamu terlibat masalah? Lalu, bagaimana dagangan kalian?" Dia memberikan diriku banyak pertanyaan.
"Tunggu!" kataku. "Aku melihat dirimu di malam penutupan itu. Mengapa kau bisa bersama Wakil Presiden itu?"
"Nanti saja kuceritakan detail itu, sekarang ini, kita biarkan mereka berkumpul kembali," kata Idris yang menoleh ke arah Romeo.
Ini benar-benar diluar dugaan, anak dan istri Romeo telah kembali sekarang. Romeo tak henti-hentinya mengucapkan banyak terima kasih, dan hari ini pun kami terpaksa untuk tidak berjualan. Idris menjelaskan semua persoalan tentang kejadian ini. Mula-mula dirinya pergi diam-diam saat itu, lalu Idris pergi mendatangi Pius untuk bekerja kepadanya. Awalnya Pius ragu untuk menerima Idris, dikarenakan ia terlihat sudah tua. Dengan beberapa kebolehan yang ditunjukkan oleh Idris, maka Pius akhirnya setuju.
Idris tidak mengatakan tentang kebolehan apa yang dirinya tunjukan kepada pemimpin itu. Dia tidak ingin menjelaskannya kepada kami, meskipun aku sudah memaksanya. Sampai dia mendapat tugas pertama sebagai pembantu, Idris menjadi pesuruh bagi Pius dalam banyak hal, lalu pada akhirnya Idris dipindah tugaskan ke kota Eastern Rock untuk bekerja di rumah Pius yang lain.
"Rumahnya cukup besar! Dia memiliki ruangan yang sangat bagus! Meskipun sifat dirinya tidak sebagus tempat tinggalnya," kata Idris kepada kami.
Lalu datanglah di mana Pius diundang oleh Presiden sendiri. Tak lupa juga Idris diajak sebagai pengawal pribadinya. Idris tak henti-hentinya untuk menunjukkan banyak bakat agar bisa menarik perhatian Pius. Hal tersebut berhasil, dan dalam waktu yang singkat, Idris telah dipercaya oleh Pius. Saat itu, saat rumah orang itu ditinggalkan, ada seseorang yang mengecek kebenaran dari laporan Idris. Awalnya Idris telah berbicara kepada Presiden mengenai kejahatan Pius. Untuk membuktikan itu, maka satu orang akan membuktikannya. Satu orang itu adalah seseorang yang sungguh istimewa, kata Idris yang berbicara sambil menatapku penuh arti.