"Di sini kalian rupanya," ucapnya. "Untung saja keadaan malam ini masih aman."
"Syukurlah!" balas Idris. "Oh, ya, perihal masalah yang tadi siang, apakah dirimu setuju?"
"Masalah apa?" aku membalas dengan cepat.
"Ini berhubungan dengan jalan yang kita lalui. Kamu lihat, kan? Jika jalan di tempat ini tidak rata. Aku mengusulkan kepadanya agar saling bahu-membahu untuk bergotong royong. Nantinya para tentara akan ikut memperbaiki jalanan yang rusak, tentu saja itu berfungsi untuk memudahkan evakuasi para warga dengan cepat."
"Itu ide yang bagus, tapi aku tidak punya kewenangan untuk bergerak sendiri. Aku harus melaporkan usulanmu itu ke kantor pusat," kata orang itu.
Itu berarti ini bukanlah kota utamanya, pikirku. Aku bertanya:
"Seluas apa daerah kalian ini?"
"Sungguh luas, dikarenakan wilayah ini tidak memiliki pemimpin atau tuan tanah. Jadi pemerintah pusat memutuskan untuk menggabungkan setiap wilayah yang memiliki pemukiman penduduk agar bersatu ke dalam kekuasaan kami. Tempat ini wilayah paling ujung, dan jarang sekali mendapatkan perhatian lebih. Mungkin itu yang membuat mereka memberontak."
"Kenapa tidak bergerak secara mandiri saja?" tanya Idris. Lalu dia melanjutkan. "Ada baiknya kita melakukan sesuatu dengan cepat dan melibatkan para penduduk desa untuk bergotong royong bersama. Sangat disayangkan jika pasukan yang sering berlatih di sini, tetapi malah tidak bisa menguasai medan itu sendiri. Kalian kewalahan untuk mengevakuasi warga karena jalan yang tidak baik. Aku katakan kepada kalian, berhentilah untuk bermain perang-perangan lagi! Jika wilayah kalian sedang tentram, maka manfaatkan waktu itu untuk membangun benteng kalian sendiri. Kalian perlu tahu, di zaman seperti sekarang ini, negara-negara maju telah mampu menyerang negara berkembang macam kalian. Mereka lebih memanfaatkan teknologi dan mereka juga punya banyak Alutsista yang lebih canggih. Mungkin mereka bisa saja menjatuhkan sebuah roket dari satelit mereka di langit yang jauh itu. Lalu, kalian bisa apa? Orang enggan untuk memulai perang jika tak ada yang diuntungkan. Jika tak ada pasokan senjata yang terjual atau tak ada sesuatu yang bisa dimonopoli, maka orang-orang tak akan sembarangan untuk memulai.
"Tapi dengan cara mengadu domba kalian di dalam negeri sendiri lah cara terbaik untuk mendapatkan sebagian wilayah kalian ini. Kalau rakyat kalian tidak puas, maka mereka lebih memilih untuk memberontak. Tapi jika mereka puas, tak ada alasan bagi mereka untuk mau dihasut atau didanai untuk memberontak. Perhatikan solusi dariku! Mulai sekarang, kalian berhenti melakukan perang-perangan itu! Gantilah dengan bermain di luar. Ajak tentara muda itu untuk menyusuri jalan-jalan atau pelosok-pelosok desa terpencil. Jika dalam perjalanan kalian menemukan sebuah jalan yang rusak, maka kalian berhenti di sana. Perbaiki jalan itu hingga kembali normal, setelah selesai maka lanjutkan perjalanan kalian!"
"Maaf menyela! Bagaimana dengan makan dan istirahat? Jika kami harus pergi menyusuri jalan atau masuk ke pelosok desa yang jauh? Lalu, bagaimana dengan bahan material yang akan dipakai untuk memperbaiki jalan atau apapun itu yang kami temui, kami tidak bisa membawanya sekaligus."
"Barang-barang material seperti batu karang atau kerikil bisa menyusul. Kalian hanya perlu membawa alat untuk menggali tanah seperti sekop, juga perkakas yang diperlukan. Ajarkan prajurit muda itu untuk menahan lapar di setiap perjalanan, aku yakin kalian mampu! Dan jangan berhenti sampai seluruh tempat ini telah kalian masuki satu-persatu! Kalian tidak perlu berlatih perang, kalian hanya perlu memperbaiki benteng kalian sendiri. Kamu mengerti, kan maksudku? Benteng itu adalah negara kalian sendiri, jika kalian merasa yakin kalau tidak akan ada yang bisa menembus benteng kalian ini, maka perlu kalian tahu, jika ada saja yang akan membelot dan menghancurkan kedamaian dari dalam benteng itu sendiri. Jangan terfokus hanya pada tampilan luarnya saja. Perhatikan para penduduk di desa, sering-seringlah bertemu mereka, tetapi bukan dalam rangka simulasi berperang baru kalian terlihat. Aku ingin kalian turun tangan dalam memperbaiki fasilitas desa atau jalan yang rusak. Aku yakin masyarakat akan terbantu dengan cara itu."
Idris telah mengutarakan idenya dengan sangat panjang. Intinya, Idris mengusulkan kepada tentara ini untuk membuat program latihan yang berbeda. Bukan bermain perang-perangan atau tembak-menembak, melainkan mereka semua berlatih untuk berjalan jauh dengan melintasi jalan-jalan desa yang rusak. Nantinya mereka akan mampir di setiap perkampungan untuk menampung keluh kesah para warga. Dari sana para tentara ini akan langsung bergerak dengan mengajak para warga untuk bergotong royong bersama. Setelah selesai satu desa, mereka akan tetap melanjutkan perjalanan kembali. Mereka akan berpuasa dan memakan makanan sedikit. Dengan kata lain, berlatih untuk bertahan hidup sambil melakukan perjalanan jauh. Dengan begitu, kita tidak perlu menunggu dana dari pemerintah pusat dicairkan dahulu hanya untuk membangun fasilitas di desa.
Itu yang aku pahami dari usulan Idris.
Aku membiarkan mereka untuk berdiskusi tanpa harus mencampuri urusan mereka. Bukan karena aku tidak peduli dengan masalah seperti ini, aku hanya sedang tidak semangat untuk ikut membahas masalah apapun. Awan-awan kelabu di langit lambat laun mulai bergerak. Bintang-bintang yang paling kecil mulai terlihat kembali, lalu ada satu cahaya yang paling mencolok untuk dilihat. Sepintas ada kemerahan dari cahaya bintang itu.
"Itu planet Mars," kataku tiba-tiba, lalu melanjutkan. "Bagaimana keadaan manusia yang tinggal di sana sekarang? Apa mungkin keadaannya lebih baik?"