DUA MUSAFIR: Dialog

Arthur William R
Chapter #21

BAB 20

Sayang seribu sayang, harapanku harus pupus seketika, aku mendapat kabar tentang keputusan yang telah mereka buat, eksekusi mati adalah hadiah yang harus kuterima. Aku syok mendengarnya, ada rasa ingin menangis dan meluapkan semuanya, tetapi aku sendiri tidak mampu melakukan itu semua. Aku terlalu lelah, bahkan mungkin hampir pasrah. Menenangkan diri adalah jalan terbaik yang bisa kulakukan saat ini, mempersiapkan mental agar aku tidak mengompol saat dieksekusi. "Mengompol?"Aku mengulangi kalimat ini berkali-kali, lucu juga mendengar dan membayangkannya. Bagaimana jika itu sampai terjadi, dengan wajah pucat dan lugu, lalu ditertawakan oleh orang-orang, tentu aku akan menanggung malu seumur hidupku. Aku tertawa, bolak-balik kalimat ini terus kuulang dalam pikiranku. Jika mentalku kuat, mungkin orang lain akan berubah pikiran saat melihat sikapku nanti, aku harus menunjukkan kepada mereka jika bukan aku pelakunya. Aku hanya dituduh dan difitnah yang bukan-bukan, aku sendiri tak memiliki kejelasan dan hak untuk mengemukakan pendapat. Bahkan sampai saat ini aku belum lagi diminta untuk bersaksi di depan umum. Orang yang membawa kabar buruk ini adalah pria yang saat itu memukul perutku, lalu dia keluar sejenak dan saat ini telah kembali lagi dengan membawakan makanan. Kondisi tubuhku yang sedikit membaik telah memberikan keberanian untuk bersuara dengan lantang, coba untuk mendesaknya agar mau menjelaskan duduk persoalannya. Pria ini berdiri di ambang pintu, lalu melihat ke kiri dan kanan layaknya tengah memeriksa sesuatu. Mungkin untuk memastikan kondisi di luar aman atau tidak. Pria ini kembali lagi menghadapku dan berbicara sambil menunjukkan seringai jahatnya. Dia berkata jika ada seorang anak kecil yang hilang karena diculik. Ada beberapa orang yang tak dikenal yang singgah ke tempat ini, lalu mereka diam-diam melakukan kejahatan tersebut. Terdengar kabar dari orang tua si anak kalau putrinya telah hilang, semua orang mencari tahu keberadaannya tanoa hasil, hanya sebelah sepatunya saja yang bisa ditemukan agak jauh dari tempat ini. Orang-orang menganggap jika anak perempuan itu telah diculik, kecurigaan tersebut muncul karena beberapa pendatang asing yang singgah juga telah menghilang. "Lalu apa hubungannya dengan diriku?" tanyaku yang merasa kebingungan sekaligus penasaran. Dan jawaban orang itu telah membuat hatiku seperti tertusuk hingga merasakan kemarahan yang begitu besar. Dia mengatakan:

"Dirimu tidak ada hubungan apapun dengan para penculik, dan kami yang menangkapmu tahu akan hal itu. Kami terpaksa mencari kambing hitam agar rencana kami tidak gagal. Tapi sekarang, siapa yang akan percaya kepadamu saat ini? Kami sudah berhasil meyakinkan semua orang jika kau lah pelakunya. Sebagai gantinya, besok merupakan waktu bagi hukuman matimu. Aku tidak keberatan untuk mengatakan semuanya, karena kami tahu kalau besok kau akan mati. Rahasia kami akan terkubur bersama jasadmu … Aku minta maaf jika harus berbicara panjang lebar, ini semua hanyalah masalah uang, tak ada motif lain. Jadilah kami terpaksa harus bekerja sama dengan manusia-manusia kanibal itu."

Aku terdiam cukup lama, ada rasa terpana saat mendengar pengakuannya, tak ada rasa penyesalan yang terdengar dari suara orang ini, sampai akhirnya dia pamit meninggalkanku. Yang menjadi perhatianku selanjutnya adalah penyebutan "manusia kanibal", mungkinkah rumor itu benar adanya? Manusia yang putus asa bukan hanya menjarah, melainkan telah rela untuk memakan daging sesamanya, ini menandakan jika kita telah kembali keperadaban kuno lagi. Akhir dunia mungkin semakin dekat, hanya perlu menunggu datangnya meteor besar yang akan menghantam bumi sampai hancur tak bersisa. Bukan hanya peradaban kita yang akan binasa, melainkan penderitaan manusia pun akan ikut menghilang. Tidak bisa dibayangkan bagaimana manusia telah kembali menjadi liar di masa depan.

Lihat selengkapnya