Dua Perempuan dalam Rumah yang Sama

barabercerita
Chapter #2

02. Dua Puluh Tiga Tahun dan Sebuah Rasa Kehilangan

Jatuh cinta dan kehilangan adalah kesatuan yang tak bisa dipisahkan.


***


"Kita udah pacaran tiga tahun, Man. Nggak niat mau nikahin aku? Atau kecepatan?" tanya Tita pada suatu hari saat dia dan Hilman berada di pantai, satu hari setelah dia lulus dari kuliahnya.


Pada tahun kedua kuliahnya, Hilman yang saat itu kakak tingkatnya di fakultas yang sama tiba-tiba datang memperkenalkan diri dan mengatakan bahwa dia mau menjadi pacarnya. Tita bingung bukan main, tak pernah berkenalan bahkan berbicara satu sama lain, mendadak Hilman mengutarakan perasaannya.


Bagi Tita, dua orang yang menjalin hubungan seharusnya dari awal sudah kenal, ada perasaan jatuh cinta saat mereka terlibat obrolan atau kebersamaan yang intens. Lalu bukan sesuatu yang tiba-tiba begitu saja.


Jelas saat itu Tita menolak, dan menganggap Hilman hanya mahasiswa iseng yang stres akibat terlalu banyak tugas.


Namun, nyatanya pikiran Tita salah, setelah hari itu hampir setiap hari Hilman menemuinya mengatakan hal yang sama berulang kali sampai tak terasa dua bulan waktu berjalan.


Tita mau mengenal Hilman lebih jauh dulu, jika dalam satu minggu terakhir ada satu hal saja yang membuat mereka merasa cocok maka Tita akan menerima tawaran menjadi kekasihnya.


Dan nyatanya mereka memiliki banyak sekali kecocokan termasuk zodiak, dan mungkin juga cara mereka mengatur napas.


"Kamu baru lulus kuliah, Ta. Nggak pengen kerja dulu? Menikmati hari-harimu dengan menyibukkan sebagai seorang pekerja kantoran, sebelum sibuk menjadi istri dan ibu dari enam anak kita nanti," ujar Hilman kemudian. Tita mengerutkan keningnya menatap Hilman setelah laki-laki itu mengatakan ingin punya anak enam. "Kenapa? Aku kan pengen bikin club sepak bola takraw, anggotanya anak-anak kita aja."


"Takraw bukannya cuma 3 orang aja satu regu?" tanya Tita.


"Sisanya buat cadangan aja, nggak apa-apa," jawab Hilman. "Eh tapi bukan itukan pembahasan kita tadi. Aku tanya kenapa kamu mau buru-buru nikah? Kamu baru lulus kuliah, aku baru kerja satu tahun, dan masing-masing orang tua kita nggak ada yang maksa kita cepat nikah."


Saat itu Tita diam sesaat, tak ada alasan logis sebenarnya kenapa dia harus menikah dengan Hilman secepat itu, tak ada alasan juga kenapa dia bertanya seperti itu, yang pasti dia hanya ingin menikah dengan Hilman dalam waktu dekat itu saja.


"Kerja dulu, enam sampai satu tahunlah, sambil aku ngumpulin uang, ya. Orang tuaku bukan bos tambang atau pemilik kebun sawit di Kalimantan, kalau kita buru-buru nikah tanpa ada simpanan, gimana kita ke depannya. Kamu nggak akan kenyang makan kebersamaan aja," sambung Hilman.

Lihat selengkapnya