Dua Perempuan dalam Rumah yang Sama

barabercerita
Chapter #3

03. Ada Hal-hal yang Kadang Tidak Kita Pahami

Dira mengusap kain alas tempat tidur yang berwarna cokelat itu. Di ruang kamar yang sudah disediakan Tita untuknya beberapa waktu yang lalu.

Kini di atas tempat tidurnya, dia memikirkan tentang dirinya yang berada di sana.

Saat baru pertama kali bertemu dengan Tita, dia bisa melihat banyak sekali luka yang tak bisa diceritakan. Entah karena kematian suaminya atau karena kedatangannya ke sana.

Dira yakin kalau semua itu membuat Tita tak bisa berkata-kata, menarik napas pun akan sulit baginya. Namun, bagaimanapun dia ada di sana karena keadaan yang memaksanya begitu.

Dua hari lalu dia memberikan surat wasiat yang dititipin Ilham untuk Tita, dia tak yakin apa yang ditulis Ilham, tetapi sepertinya tak hanya meminta Tita menerimanya untuk tinggal di rumah itu.

Tentu saja itu sesuatu yang menyakitkan, saat seorang suami menikah lagi dengan perempuan lain dan harus menerimanya di rumah yang sama. Tita baik, bahkan rasanya teramat baik, tetapi benarkah hanya itu?

Dira tak yakin apa yang membuat Tita menerimanya, ada hal-hal yang tidak dia mengerti. Kehidupan keluarga Ilham, perasaan Tita, sampai tatapan mata anak mereka yang bahkan terkesan bingung. Namun, enggan bertanya.

"Tita suka bunga mawar putih, katanya kalau lihat itu bawannya tenang."

Dira mengingat ucapan Ilham, saat laki-laki 42 tahun itu datang ke tempatnya untuk yang kesekian kalinya.

"Makanya aku sering bawain bunga itu buat dia, kalau aku tanam sendiri nggak bisa tumbuh. Nggak tahu kenapa."

Setelahnya Ilham tertawa, mungkin mengingat hal itu. Dira sekali-sekali menimpali berusaha membuat obrolan itu memiliki timbal-balik dua arah.

Saat itu adalah bulan-bulan kesekian setelah mereka berkenalan, bertukar nomor, lalu bertemu di suatu tempat untuk pertama kalinya.

Ilham tidak seperti laki-laki yang sudah bertemu dan berkenalan dengannya, sangat berbeda. Bahkan kesan pertama yang dia dapat saja, membuatnya seolah nyaman. Awalnya dia tak bertanya tentang status yang dimiliki Ilham, mengingat usia Ilham yang sudah berumur itu Dira yakin kalau Ilham pasti sudah menikah.

"Mas," kata Dira memanggil Ilham.

Ilham dengan kepala yang berada di pangkuan Dira menatapnya, wajah mereka saling bertemu satu sama lain.

Dari bawah sana, Ilham bisa melihat bahwa ada sesuatu hal penting yang ingin Dira katakan, sesuatu yang mungkin seharusnya Ilham sudah tahu.

"Bagaimana aku harus menyebut hubungan ini?" tanya Dira kemudian.

Lihat selengkapnya