Tangisanku memecahkan keheningan kelas, sebab saat ini lah aku meluapkan apa yang sedang aku pendamkan selama ini. Tiba-tiba datang temanku menghampiri mejaku, Namanya Ryan.
“Hai …” sapanya
Selepas mendengar suaranya yang lirih, aku langsung menghapus deraian air mata dipipiku dan aku mencoba menyembunyikan sedih ku didepannya.
“Hai”
“Kamu kenapa?”
Aku hanya terdiam membisu saat ditanya dengan pertanyaan itu, karena ku tak ingin menangis lagi didepannya. Cukup aku yang merasakan seperti ini dengan Adi
“Hmm, okelah kalo gitu kamu gak mau cerita, aku gak maksa kok. Btw kita pulang bareng yukk nanti?”
Aku hanya menatapnya dengan datar dan mungkin dengan wajahku saat ini dia sudah tahu jawaban aku pasti berat untuk mengatakan “iya” atau “tidak”. Tetapi aku tetap tersenyum meskipun tidak seperti senyumku yang dulu saat bersama dia. Ryan sungguh mengerti dan dia benar-benar mau pulang bareng dengan aku. Kemudian, dosen pun masuk ke kelasku dan beliau siap memberikan materi-materi hari itu. Sedangkan aku berusaha untuk fokus tapi air mataku bercucuran tanpa aku minta. Dan mereka melihatku
“Nad, lu ngapa?” Tanya Caca
Aku langsung menghapuskan air mata ini
Nadia menguatkan dirinya sambil tersenyum “Nggak ada kok”
Berjalannya waktu, waktu pelajaran pun telah usai dan waktunya kami pulang. Selepas aku keluar dari pintu kelas, ternyata Ryan memang benar-benar menunggu ku di parkiran aku pun menyusulnya.
“Hai, makasih ya” aku tetap tersenyum