Mata Reza bergerak dari satu kata ke kata lainnya. Ia baru saja mengulang kembali tulisan-tulisan yang menggambarkan dua puluh empat kasus yang ia selidiki selama beberapa bulan terakhir. Kekasih temannya yang sangat ramah berubah seratus delapan puluh derajat setelah ia mengetahui tabiat aslinya.
Reza kembali membaca ulang prolog dari novel tulisan Kinan, perempuan yang telah ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan berantai.
Dua Puluh Empat Skenario
Kinan Ananda
Sebuah tangan dengan luka penuh sayat tergantung di hadapanku. Aku melihat luka itu meneteskan darah. Pemilik tangan itu tewas gantung diri setelah disiksa oleh suaminya sendiri. Aku melihat luka penuh sayat tergantung di hadapanku. Dengan tubuh yang sudah lebam, aku menangis dengan kencang. Aku menangis hingga air mataku tidak lagi menetes. Di ujung ruangan, aku meringkuk dengan rasa takut.
Lima belas tahun yang lalu, aku merasa begitu takut dan tidak ada satupun yang menyelamatkanku. Seseorang yang datang, yang belakangan aku ketahui sebagai seorang wartawan, membuatku lebih takut lagi. Ia mengeluarkan kalimat-kalimat yang membuat kepalaku semakin pusing dan memaksaku untuk menjawab. Ia memaksa aku menjabarkan bagaimana ibuku meninggal. Ia memaksa aku menceritakan bagaimana ayahku menyiksaku.
Saat itu, kepalaku terasa pusing dan aku ingin sekali menggantung orang itu. Agar ia bisa mengetahui sendiri bagaimana ibuku mencabut nyawanya. Agar ia tidak perlu repot-repot mencari jawaban dari aku. Aku tidak tahu karena aku belum pernah gantung diri.
Sekarang aku bisa mewujudkan keinginan masa kecilku. Memberi informasi sebaik-baiknya kepada para wartawan yang terhormat. Tapi, aku harus lolos dari polisi agar aku bisa terus menerus memberikan pelajaran yang berharga.