Dua Puluh Sembilan Februari

Menata Arsip
Chapter #3

Syarat dan Ketentuan Berlaku

"Buka mata lo!"

Dengan gerakan perlahan Resi membuka matanya. Ia mengamati dengan seksama interior tempatnya sekarang terduduk. Orang-orang yang berdatangan di dominasi para manusia-manusia kekinian yang dapat dilihat bagaimana gaya berpakaian mereka. Mata Resi tak berhenti menjelajah setiap sudut ruang tersebut, mulutnya menganga lebar, masih tak percaya dengan apa yang ditangkap oleh indera penglihatannya.

"Kita lagi ada di Starbucks beneran?" tanya Resi dengan senyum yang sudah mengembang sempurna.

"Iyalah, masa iya bohongan."

"Ke Starbucks kok pakai baju tidur sih? Norak banget!" cibir seorang wanita dengan gaya songongnya. Dilihat dari pakaiannya sudah dapat diartikan bahwa dia termasuk golongan menengah atas dan masuk dalam jajaran selebgram papan atas. Namun, ucapannya baru saja membuktikan bahwa wajah tidak bisa menjamin kebaikan hati seseorang.

Resi melihat pakaian yang dipakainya. Memang ia masih memakai kaos dengan motif beruang, celana training panjang dan jilbab instan yang terpasang rapi di kepalanya.

"Jangan di dengerin! Mending gue fotoin lo aja," ucap Wage.

Lihat selengkapnya