LUSA setelah berjanji mengajak Canik jalan-jalan, pukul 10.30 Wita. Cukka benar-benar menepati janjinya dan menjemput Canik depan RS Malagah. Mereka akan jalan-jalan bersama hari ini. Tampak dari wajah Canik bahwa ia sedang bahagia. Sangat bahagia hingga membuat dunia iri padanya. Adapun Cukka hanya diam saja dan fokus mengemudikan sepeda motornya melewati jalan-jalan meliuk kota Palopo hingga keluar dari ramainya kota.
“Mau ke mana?” tanya Canik penasaran.
“Ke tempat yang bahkan dikenal seluruh dunia!” jawab Cukka tersenyum. Jawabannya itu membuat Canik semakin penasaran.
“Memangnya ada tempat begitu di sini? Yang dikenal seluruh dunia,” tanya Canik lagi.
“Iyalah! Samsul makan bakpau, Sulsel ini kau!” jawab Cukka semangat sambil berpantun.
“Hahaha, gemas!” kata Canik lalu mencubit Cukka.
“Aduduh, sakit! Mau kecelakaan ini,” rintih Cukka sambil berusaha untuk tetap mengendalikan laju motornya.
Canik diam sambil tersenyum mendengar rintihan Cukka. Fokusnya pun teralihkan pada suasana jalan yang tiba-tiba saja berubah. Beberapa kilometer setelah keluar dari ramainya kota Palopo mereka disambut jalan-jalan beraspal hitam indah yang meliuk-liuk seperti tali dan naik turun macam ular tangga. Di sepanjang jalan yang mereka lalui hamparan pegunungan indah memanjakan mata. Sesekali Cukka membunyikan klakson motornya sembari tersenyum apabila bertemu masyarakat yang hendak ke ladang. “Tersenyum kepada siapapun setiap pagi akan membuat hidupmu terasa lebih baik!” kata Cukka dalam hati. Burung-burung kecil pun beterbangan di sepanjang perjalanan mereka menuju tempat paling menakjubkan di Sulawesi Selatan: Tana Toraja.
*
Setelah mengendarai sepeda motor sekitar 2 jam melewati jalan sepanjang kurang lebih 63 Km, Canik dan Cukka telah sampai di sebuah tempat paling terkenal di kabupaten Toraja Utara. Tempat itu berjarak sekitar 5 Km dari ibukota kabupaten Toraja Utara‒Rantepao‒dan dikenal dengan nama, “Kampung adat Kete Kesu”. Kampung adat Kete Kesu merupakan salah-satu destinasi wisata paling terkenal di Toraja Utara. Kete Kesu adalah kampung tempat diadakannya berbagai upacara adat terkenal Tana Toraja seperti upacara kematian rambu solo dan upacara naik rumah baru yang disebut rambu tuka. Desa ini juga terkenal dengan 6 rumah adat tongkonan miliknya, 12 lumbung padi, pemakaman berusia 700 tahun yang terletak di sebuah bukit batu persis di belakang kampung, serta 20 buah menhir yang menghiasi sebuah tanah seremonial di sana. Adapun yang paling menarik dari semua itu, jika Anda pecinta kopi, maka di sini juga dijual salah-satu kopi terbaik dunia yaitu kopi arabika Toraja.
“Sudah sampai, Kete Kesu!” kata Cukka bangga.
“Harusnya bilang dari awal kalau mau ke Toraja! Saya belum belum izin kalau mau pergi ke luar kota, kemarin cuman bilang mau jalan-jalan.” kata Canik membelakangi Cukka sembari menyilangkan tangan dan mengerutkan bibirnya.
“Maaf, Bosku! Sebentar sore juga pulang,” kata Cukka.
“Tapi karena sudah terlanjur ke sini. Ayo masuk!” kata Canik semangat lalu berjalan meninggalkan Cukka di tempat parkir depan gerbang kampung adat Kete Kesu.
“Semangat sekali, yah!” kata Cukka. Mendengarnya, Canik berbalik ke arah Cukka dan tersenyum. Senyum yang membuat dirinya tampak sangat cantik sekaligus membuat matanya yang sipit dibalik lensa kacamata menghilang dari wajahnya. Giginya yang putih rapi pun menambah menarik senyumnya itu. Cukka hanya terdiam di tempatnya melihat Canik tersenyum. Ia terpesoan oleh senyum Canik yang amat manis. Lalu beberapa saat kemudian ia tersadar dan mengejar Canik ke jalan kecil menuju kampung adat. Mereka‒Canik dan Cukka‒berjalan bersama masuk kampung adat Kete Kesu.
Canik dan Cukka berjalan pelan memasuki kampung. Mereka berjalan di sebuah jalan yang kira-kira selebar dua meter. Di samping kanan jalan terhampar luas sawah pertanian kampung dengan beberapa kerbau‒tedong dalam bahasa setempat‒khas dari Tana Toraja. Canik tak henti-hentinya berfoto sebelum masuk kampung. “Imut itu anak kerbaunya, kayak saya imutnya!” katanya terus kepada Cukka. Cukka menjawab saja apa yang dikatakan Canik. “Iya, memang imut. Tapi lebih imut kulihat kerbaunya, hahaha!” jawab Cukka sembari tertawa. Cukka pun kembali mendapat cubitan menyakitkan karena candaannya itu.